Busseola fusca Fuller


Busseola fusca Fuller

Salbiah
Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian

Nama Ilmiah : Busseola fusca Fuller

Nama Umum : African maize stalk borer

Nama Ilmiah Lainya :
·       Busseola sorghicida Thurau
·       Calamistis fusca Fuller
·       Sesamia fusca Fuller

Nama Umum Internasional :
·       English: maize stalk borer; maize stem borer; sorghum stalk/stem borer

Kode EPPO : BUSSFU (Busseola fusca)
Taksonomi :
Domain: Eukaryota
Kingdom: Metazoa
Filum: Arthropoda
Subfilum: Uniramia
Kelas: Insecta
Ordo: Lepidoptera
Famili: Noctuidae
Genus: Busseola
Spesies: Busseola fusca


Morfologi: Telur berdiameter 0,75 mm, biasanya diletakkan secara berkelompok sebanyak 30-100 telur di bawah permukaan daun. Panjang tubuh larva dapat mencapai 40 mm (sedikit tertutupi rambut-rambut dan pola tanda tertentu), terlihat licin dan mengkilat. Warna tubuh bervariasi, teteapi biasanya berwarna putih kecokelatan (krem), kadang-kadang dengan sedikit warna kelabu atau merah jambu, sehingga hampir mirip dengan larva Sesamia. Bagian kepala berwarna cokelta tua, dengan protoraks berwarna kuning kecoklatan. Kroset pada bagian tungkai proleg berbentuk seperti barisan seperti pada larva penggerek batang famili Noctuidae pada umumnya. Panjang pupa betina sekitar 25 mm, sedangkan pupa jantan biasanya berukuran lebih kecil. Pupa berwarna kuning kecokeltan hingga cokelt tua. Pada bagian ujung cremaster terdapat sepasang duri sederhana. B. fusca termasuk ke dalam anggota famili Noctuidae yang dicirikan dengan adanya organ timpana (dengan membran transparan) di setiap sisi metatoraks di bagian posteerios abdomen. Rentang sayap imago berkisar antara 25-35 mm, dan umumnya rentang sayap imago betina lebih lebar daripada jantan. Sayap depan berwarna cerah hingga cokelat tuadengan pola warna gelap. Sayap belakang berwarna putih hingga kelabu kecokelatan.

Biologi: 
Imago keluar dari pupa yang berada di batang pada sore hari dan aktif pada malam hari. Sepanjang siang, mereka beristirahat pada tanaman. Mereka akan terbang dengan lambat ketika diganggu. Pada malam hari, imago betina menghasilkan feromon sebagai penarik imago jantan untuk kawin. Setelah 3-4 hari kemudian, imago betina mulai meletakkan telur-telurnya secara berkelompok sebanyak 30-100 telur di bagian permukaan bawah daun. Imago betina dapat menghasilkan rata-rata 200 telur. Telur menetas dalam waktu satu minggu setelah diletakkan. Kemudian larva menggali lubang masuk pada batang dan makan di dalam batang selama 3-5 minggu. Pada saat prapupa, larva menggali lubang ke arah keluar untuk jalan keluarnya ketika imago (ngengat). Masa pupa berlangsung selama 9-14 hari. Pada kondisi yang menguntungkan, siklus hidup B. fusca berlangsung selama 7-8 minggu. Tetapi di sepanjang musim panas atau dingin, larva akan berdiapause selama 6 bulan atau lebih. 
Sebaran : Angola, Benin, Burkina Faso, Burundi, Kamerun, Kongo, Ethiopia, Gabon, Ghana, Guinea, Kenya, Malawi, Mozambik, Nigeria, Ruwanda, Somalia, Afrika Selatan, Sudan, Tanzania, Uganda, Zambia, Zimbabwe.
Habitat : B. fusca terdapat di berbagai habitat di seluruh Sahara Afrika di atas 2.000 m dari permukaan laut. Harris dan Nwanze (1992).
Tanaman Inang : Eleusine coracana, Hyparrhenia rufa, Hyparrhenia tamba, Megathyrsus maximus, Oryza sativa, Pennisetum glaucum, Pennisetum purpureum, Rottboellia cochinchinensis, Saccharum officinarum, Sorghum bicolor, Sorghum bicolor subsp. verticilliflorum, Sorghum halepense, Zea mays.
Tahap Pertumbuhan : Tahap Pembungaan dan Vegetatif.
Gejala : Larva instar pertama memakan daun muda membentuk lubang-lubang kecil. Kemudian mereka makan ke titik tumbuh, larva juga terowongan ke tongkol jagung sehingga mempengaruhi produksi gabah.
Dampak : B. fusca merupakan hama utama jagung di banyak daerah Afrika. Tanaman jagung kurang mampu mentolerir serangan penggerek sorgum dan berpengaruh pada hasil gabah. Di Tanzania dan Kenya, kerugian hasil mencapai 12% untuk setiap 10% tanaman yang terinfestasi (Walker, 1960; Walker dan Hodson, 1976). Di Pantai Gading kerusakan tanaman terutama disebabkan oleh B. fusca dan kerugian tanaman bisa diperkirakan secara akurat berdasarkan sampel yang diambil 40 dan 80 hari setelah panen (Moyal, 1996). Kerugian tanaman menurun ketika kepadatan berkurang dan meningkat ketika tanaman menderita kekurangan air (Moyal, 1995). Di Ethiopia, Megenasa (1982) melaporkan kerugian gandum 15% setelah serangan larva B. fusca.
Diagnosis : Diagnosis dilakukan dengan identifikasi genitalia imago jantan (Polaszek, 1998).
Deteksi dan inspeksi : Pemeriksaan lapangan adalah metode utama untuk mendeteksi infestasi. Pemeriksaan visual untuk gejala. Untuk itu dibutuhkan sampling untuk mendeteksi larva dan pupa,  untuk imago dilakukan identifikasi. Perangkap feromon telah digunakan di Afrika Selatan terhadap imago selama 6 tahun terakhir (Kfir dan Bell, 1993) untuk memantau dan juga telah digunakan secara eksperimental di Afrika Selatan (Dakouo dan Ratnadass, 2001). Pemantauan populasi imago dengan perangkap cahaya.
Kesamaan dengan Spesies Lainnya : Spesies yang memiliki pola sayap yang sama yang dapat menyebabkan kebingungan. Tapi spesies ini jarang ditemui pada tanaman. Pada tahap larva, spesies Sesamia sangat mirip, baik dalam biologi dan morfologi tetapi biasanya dapat dibedakan pada tahap larva, pupa dan imago. Identifikasi larva yang dilakukan oleh Meijerman dan Ulenberg (1996) dan imago dilakukan oleh Tams dan Bowden (1953). Ilustrasi dari genetalia B. fusca dan penggerek batang lainnya dilakukan oleh Maes di Polaszek (1998).
Kultur Budaya : Pembuangan sisa tanaman setelah panen dapat mengurangi populasi larva yang berdiapause dan membatasi pembentukan awal dari hama pada tanaman musim berikutnya. Membakar atau mengubur adalah cara yang efektif. Adesiyun dan Ajayi (1980) menunjukkan bahwa pembakaran batang membunuh 95% dari larva B. fusca atau meninggalkan batang  di tanah sehingga terkena panas penuh matahari selama satu bulan atau lebih setelah panen dan telah terbukti mengurangi populasi larva. Percobaan di Kenya menunjukkan bahwa tumpangsari jagung dan/atau sorgum dengan cowpeas dapat mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh B. fusca. Tanam awal efektif  mengurangi kerusakan batang  pada sorgum di dataran tinggi Eritrea. Berbagai tingkat kerusakan tanaman akan lebih tinggi pada jagung tanaman yang ditanam secara tunggal daripada tumpangsari.

Pengendalian Biologi : Potensi untuk pengendalian biologis saat ini sedang diselidiki, terutama di Timur dan  Selatan Afrika. Pengendalian biologis  dengan pengenalan parasitoid dari Asia dan/atau Amerika telah dicoba tetapi  sedikit keberhasilannya. Perbedaan geografis dalam penerimaan inang dan kesesuaian memang ada dan dipelajari di Zimbabwe. Kfir (1995) melaporkan terdapat 18 spesies parasitoid berkembang pada B. fusca di Afrika Selatan. Getu et al. (2003) melaporkan distribusi luas Cotesia flavipes di Ethiopia meskipun tidak pernah dirilis di negara ini.  C. flavipes diamati di Tanzania, di mana ia mungkin telah menyebar dari Kenya. Dolichogenidea fuscivora, ditemukan menjadi parasitoid larva B. fusca yang aktif sepanjang tahun dan mencapai tingkat parasitisme setinggi 71% pada musim kemarau dan 18% di musim hujan.

Pengendalian Kimiawi : Langkah-langkah pengendalian kimia dapat digunakan secara efektif di mana sumber daya petani yang memadai dan mereka umumnya paling efektif bila diterapkan pada daun untuk membunuh larva muda sebelum mereka memasuki batang. Berbagai insektisida telah terbukti efektif baik cairan, debu dan granular tetapi karena efek yang merugikan pada lingkungan dan/atau kesehatan manusia sehingga kurang dapat diterima. Di sisi lain, pengendalian kimia menjadi penyebab tingkat populasi parasitoid yang rendah dan musuh alami lainnya dalam uji coba lapangan yang dilakukan di Afrika Selatan.

Daftar Pustaka :

Dakouo D, Ratnadass A, 2001. Efficiency of a pheromone-baited trap for the sorghum stemborer, Busseola fusca. International Sorghum and Millets Newsletter, 2001 publ. 2005; 42: 51-52.
Megenasa T, 1982. Insect pests of sorghum in Ethiopia. In: Gebrekidan B, ed. Sorghum Improvement in Eastern Africa: Proceedings of the Regional Workshop, 17-21 Oct 1982, Nazreth and Debre Zeit, Ethiopia. Nazreth, Ethiopia: Ethiopian Sorghum Improvement Project, 54-64.
Tams WHT, Bowden J, 1953. A revision of the African species of Sesamia Guenée and related genera (Agrotidae-Lepidoptera). Bulletin of Entomological Research, 43:645-678.
Walker PT, 1960. The relation between infestation by the stalk borer Bussola fusca, and yield of maize in East Africa. Annals of Applied Biology, 48:780-786.

Comments