Akhirnya Mudik Juga

BPers...

Bercerita tentang hari raya Idhul Fitri, maka tak akan pernah bisa dipisahkan dari yang namanya tradisi mudik. Benar enggak sih? dengan catatan kamu memiliki kampung halaman dan posisi sedang merantau. Lah, kalau seperti saya? *tepok jidat.

Saya terlahir di sebuah kota kecil, tepat berada di utara kota Jakarta, ya, kota Bekasi. Ibu dan ayah saya berasal dari Bekasi, asli orang Bekasi karena nenek moyang kami memang berdarah Bekasi.

Sejak  dilahirkan, sampai menamatkan jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sampai sekolah menengah atas, saya masih berada di Bekasi, baru setelah menjejaki kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di kota Bogor, saya mulai merantau ke kampung orang, walaupun enggak jauh-jauh lokasinya dari Bekasi. 

Nah, kalau begitu, saya bisa dikatakan enggak pernah mudik selama belasan tahun saat lebaran. Posisi selalu di Bekasi karena sanak keluarga semua berada di Bekasi.

Belajar dari pengalaman, akhirnya saya menambatkan hati pada seorang pria sholeh dan baik hati yang berasal dari kota Serang, Banten. Kalau sudah begitu, barulah dimulai tradisi mudik. Mudik lebaran karena ikut suami.

Mudik pertama kami, menggunakan bus transportasi umum. Enggak terlalu banyak kesan yang saya ambil, karena suasana jalan saat mudik tidak terlalu ramai dan posisi nyaman selalu kami temui setiap kali mudik. Tapi, kalau mudik menggunakan bus, meski siang hari berangkatnya, karena kalau kepagian atau kesorean, duh alamat enggak nyaman sampai di Serangnya.

Setelah lahir anak kedua. Selanjutnya, kami berpikir untuk mempunyai mobil pribadi agar suasana mudik lebih nyaman, membawa bayi bukan satu perkara yang mudah saat mudik, rempongnya enggak karuan apalagi kalau naik angkutan umum.

Alhamdulillah, mudik pertama anak kedua kami, dilalui dengan lancar karena kami menggunakan kendaraan pribadi. Waktu perjalanan pun dapat kami atur dan sampai ditujuan sesuai dengan prediksi.

Perjalanan Bekasi ke Serang, kurang lebih memakan waktu dua jam berikut macetnya *kalau macet. Biasanya pagi hari sesudah subuh, kami berangkat dari Bekasi dan sampai di kota Serang matahari belum terik dan suasana masih fresh

Kegiatan yang dilakukan selama di Serang, as always, bersilaturrahim kepada sanak keluarga dan mencoba kuliner khas kota Serang. Kalau sudah di Serang, biasanya di pagi hari, saya dan keluarga mencari sarapan sambil jalan-jalan pagi dan mencari udara segar.

Siang hari terkadang, jalan-jalan tak tentu arah, sambil sesekali memandang hiruk pikuk kota Serang. Malam harinya dihabiskan dengan menonton televisi dan tidur cantik.

Beberapa saat menjelang balik ke Bekasi, biasanya saya bawa oleh-oleh khas Serang. Beli untuk keluarga di Bekasi dan teman-teman kantor. Ada satu toko langganan saya untuk membeli oleh-oleh dan selalu suka jika berkunjung ke toko tersebut karena penjualnya ramah dan barangnya lengkap.

Kembali ke Bekasi kamu lakukan setelah menunaikan ibadah sholat subuh agar perjalanan lebih segar dan anak-anak masih dalam kondisi tidur sehingga lebih mudah membawa mereka.

Sesampainya di Bekasi, meski kami sempatkan membeli sarapan atau kuliner food street, dan meski kami santap setelah sampai di rumah. 

Begitulah sepenggal cerita mudik dari saya, ya, BPers. Bagaimana dengan cerita mudik BPers semua? 

By: Pixabay.com

Salam,

Comments