Sayang Ibu

Kali Abang Nangka merupakan sebuah kampung di pinggiran ibu kota. Kampung ini sangat terkenal dengan budaya pencak silatnya. Bahkan, kampung ini terkenal dengan julukan kampung jawara. Setiap warga di kampung ini terkenal dengan keahliannya bermain silat dan atraksi senjata tajam.

Tak terkecuali dengan Jaka. Anak usia 10 tahun ini, memiliki bentuk badan yang tegap, berparas ganteng dan sangat jago bermain silat. Selain itu, Jaka sangat menyayangi ibunya. Ibunya merupakan keluarga semata wayangnya, karena sejak bayi, Jaka telah ditinggalkan oleh Bapaknya.

Jaka memang anak yang taat, apapun perintah ibunya selalu dituruti, dia tidak pernah membantahnya. Setiap pagi, segala kebutuhan sekolahnya, selalu disiapkan oleh ibunya, sehingga Jaka selalu terlihat necis. 

Jaka bersekolah di salah satu sekolah inpres didekat rumahnya. Jaka merupakan salah satu siswa primadona di sekolahnya. Kedatangan Jaka ke sekolah selalu ditunggu-tunggu oleh para siswi. Setiap pagi, sepuluh menit sebelum bunyi lonceng dibunyikan, para siswi berbaris rapi menunggu kehadiran pujaan hati mereka. 

Sosok Jaka memang sangat fenomenal. Setiap Jaka melintas di depan kelas, banyak terdengar suara histeris dari dalam kelas. Sosok Jaka yang gagah, dengan tinggi badan semampai, rambut hitam tebal kinclong, dan wajah ganteng, merupakan magnet bagi para siswi.

Hari Senin, para siswi  sudah siap berdiri di depan kelas menunggu kehadiran pahlawan hati mereka. 

Siswi A : “Eh, kok pada keliatan gugup banget sih?”
Siswi B : “Iyalah, mau ketemu si ganteng, meski gugup.”
Siswi C : "Diam, berisik."

Jaka memasuki halaman sekolah dan dengan langkah yang santai dan cool membuat para siswi menjerit histeris.

Siswi C : “Aww, Jaka, so sweet, wajahmu membuat hatiku retak.”
Siswi A : “Preeet, Jaka itu milik bersama.”
Siswi B : “Kok, aku ngerasa jadi lapar, ya.”
Siswi C : “Iya, ya, aura Jaka membuat cacing di perutku menggeliat, kepingin makan ayam goreng.”
Siswi A : “Sama, saya juga jadi lapar nih, aura Jaka menebarkan semerbak ayam goreng.”

Hari Selasa, seperti biasa para siswi sudah siap berdiri di depan kelas menunggu kehadiran pahlawan hati mereka. 

Siswi A : “Duh, si Jaka lewat, kok saya jadi pingin makan ikan teri.”
Siswi B : “Sama.”
Siswi C : “Kok, bisa, ya, kita jadi lapar gini bawaannya.”

Hari Rabu, seperti biasa para siswi sudah siap berdiri didepan kelas menunggu kehadiran pahlawan hati mereka. 

Siswi C : “Matilah saya, hari ini saya kepingin makan jengkol goreng.”
Siswi B : “Iya, aura jengkol goreng, mantap banget nih.”
Siswi A : “Duh, jengkol goreng.”

Hari Kamis, seperti biasa para siswi sudah siap berdiri didepan kelas menunggu kehadiran pahlawan hati mereka. 

Siswi C : “Sedap banget baunya.”
Siswi A : “Apaan?”
Siswi B : “Ikan asin, oh yeah.”

Beberapa detik kemudian, mereka terdiam membisu.  Ketiga siswi tersebut bingung, kenapa, ya, setiap kali Jaka lewat, aura masakan selalu membuat mereka lapar. Akhirnya, di hari Kamis sore, mereka melakukan investigasi, mencari tahu, apa yang terjadi dengan Jaka, sehingga Jaka selalu menebarkan aura makanan saat melintasi kelas sehingga menimbulkan rasa lapar. 

Selidik punya selidik, ternyata Jaka seorang anak laki-laki yang sangat taat dan sayang pada ibunya. Dia selalu mematuhi apa yang ibunya perintahkan. Saat berangkat ke sekolah, Ibu Jaka selalu membaluri minyak jelantah sisa goreng lauk ke rambut Jaka. Pantas saja, setiap Jaka melintas di depan kelas, selalu tercium aroma aneka masakan seperti ayam goreng, ikan teri, jengkol goreng, dan ikan asin. Duh, aroma tersebut membuat ketiga siswi menjauhi Jaka untuk sementara waktu. 

Si Jaka

#katahatiproduction
#katahatichallenge

Salam,

Comments