Desiminasi
South American Leaf Blight (SALB)
Balai
Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian
South American Leaf
Blight (SALB) atau
penyakit hawar daun karet amerika selatan yang disebabkan oleh cendawan Microcyclus ulei adalah penyakit yang
sangat merusak dan menghancurkan di pertanaman karet. Dalam sejarahnya,
penyakit SALB telah menimbulkan kerugian ekonomi maupun sosial yang sangat
besar bagi negara-negara penghasil karet alam di wilayah Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Penyakit SALB diketahui sebagai faktor utama yang menghambat
perkembangan industri karet alam di kedua wilayah tersebut.
Berdasarkan data statistik karet alam tahun 2010, sebanyak
85% pertanaman karet di Indonesia adalah milik petani (smallholder) dan 15 % adalah milik swasta (private). Dari luasan pertanaman tersebut, sebanyak 76% produksi
karet alam berasal dari lahan milik petani, dan 24% dari lahan milik swasta.
Dengan demikian, Indonesia sangat berkepentingan untuk melakukan usaha-usaha
pencegahan introduksi SALB ke wilayah Asia Pasifik, terutama ke Indonesia
karena sebagian besar pertanaman karet di Indonesia adalah milik petani.
Penyakit
SALB dapat menjadi ancaman bagi negara-negara penghasil karet alam di wilayah
Asia Pasifik. Oleh karena itu, pencegahan penyebaran SALB selalu menjadi
perhatian utama negara-negara penghasil karet alam yang tergabung dalam Asia Pacific Plant Protection Commission
(APPPC). Dalam beberapa kali pertemuan APPPC, pencegahan masuknya SALB ke
wilayah APPPC selalu menjadi topik penting yang dibahas sehingga menghasilkan beberapa kesepakatan penting.
Pertemuan
APPPC ke-25 di Beijing-China (2007) menyepakati Pest Risk Analysis on SALB (PRA on SALB). Dalam pertemuan tersebut, Malaysia dengan
bantuan Thailand, Cina, dan Selandia Baru diminta menyusun draft standar
regional untuk pencegahan SALB berdasarkan hasil PRA SALB. Pada tahun 2008,
draft standar yang berhasil disusun diedarkan untuk mendapat tanggapan dari
berbagai negara untuk kemudian disepakati pada pertemuan APPPC ke-26.
Pertemuan
APPPC ke-26 di New Delhi-India (September 2009) menyepakati pedoman pencegahan
SALB (Guidelines for Protection against
South American Leaf Blight of Rubber) sebagai standar regional ketentuan
fitosanitari di Asia Pasifik. Selain itu, pertemuan juga menyepakati
dilakukannya penyusunan pedoman prosedur impor dari negara-negara endemis SALB
ke wilayah Asia Pasifik. Pedoman tersebut kemudian disusun dalam suatu kegiatan
“Workshop on the Prevention of
Introduction of SALB of Rubber” yang diselenggarakan oleh Malaysia pada
tanggal 13-17 Desember 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Pertemuan
APPPC ke-27 di Filipina (15-19 Agustus 2011) juga merekomendasikan kelompok
kerja SALB untuk menyelenggarakan 2 jenis kegiatan pada tahun 2012 dan 2013,
yaitu (1) workshop pelatihan
SALB (Training Workshop on SALB)
menggunakan referensi yang dihasilkan tahun 2011, dan (2) workshop pelatihan diagnosis SALB (Training Workshop on SALB Diagnostics).
Dalam
rangka melaksanakan beberapa kesepakatan
tersebut diselenggarakan “Desiminasi
Penyakit SALB (South American Leaf Blight) Pada Tanaman Karet ” di Balai Uji Terap
Teknik dan Metode Karantina Pertanian pada
bulan September 2013.
Kegiatan desiminasi
ini bertujuan meningkatkan kapasitas atau kemampuan petugas karantina
tumbuhan tentang penyakit SALB dan pencegahan SALB di Indonesia.
Materi desiminasi disampaikan dengan
cara pengajaran 12 materi
oleh para narasumber yang
diikuti dengan diskusi interaktif, serta kunjungan lapang ke perkebunan karet.
Materi 1: The
economic importance of rubber and SALB
Topik ini memberi gambaran mengenai
pentingnya karet alam secara ekonomi bagi negara-negara penghasil karet alam di
Asia. Beberapa fakta yang disampaikan, antara lain: (i) sekitar 90% produksi
karet alam di dunia didominasi oleh Thailand, Indonesia, Malaysia, India, dan
Vietnam; (ii) terjadi peningkatan konsumsi karet alam di Asia, terutama di
Indonesia, Malaysia, dan Thailand; (iii) peningkatan konsumsi karet alam dan
produknya meningkatkan kontribusi pendapatan ekspor bagi negara tersebut; (iv)
karet alam yang umumnya diusahakan oleh petani kecil menjadi sumber penghidupan
utama bagi petani dan keluarganya.
Selain itu, diberikan juga gambaran
tentang bahayanya SALB bagi pertanaman karet, bagaimana sejarah kerusakan
akibat SALB, daerah penyebaran SALB, akibat yang ditimbulkannya pada pohon
karet, kerugian ekonomi dan dampak lingkungan akibat SALB, serta ancaman SALB
bagi Asia dan Afrika. Saat ini, keberadaan SALB terbatas di negara-negara
penghasil karet di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Penyakit SALB diketahui
sebagai faktor utama yang telah menghambat industri karet alam di wilayah
tersebut. SALB sangat berpotensi sebagai ancaman bagi pertanaman karet di Asia,
karena: (i) spora SALB dapat bertahan dalam waktu yang lama dalam kondisi ekstrim;
(ii) klon karet yang ditanam di Asia adalah klon yang rentan terhadap SALB,
serta (iii) kesesuaian kondisi iklim di Asia untuk perkembangan dan penyebaran
SALB.
Materi 2: The
biology of rubber plant: its cultivation and propagation methods
Topik ini memberikan informasi
mengenai: (i) daerah asal tanaman karet (hutan Amazone di Amerika Selatan) dan
penyebaran tanaman karet hingga ke Asia (Thailand, Indonesia, Malaysia, China,
Vietnam); (ii) keberadaan 11 spesies karet di Amerika Selatan, dimana Hevea brasiliensis adalah yang paling
banyak diusahakan secara komersial; (iii) bagaimana metode perbanyakan karet (seedlings, budded stump, budded plants),
dimana budded plants adalah yang
paling sering digunakan untuk pertanaman komersial; (iv) bagian tanaman karet
yang paling sering digunakan untuk keperluan impor, yaitu biji, budwood atau stumps.
Materi 3: The
symptoms of SALB, the spores of M. ulei, physiological races, distribution,
dispersal, and epidemiology
Topik ini memberikan informasi
mengenai: (i) patogen penyebab SALB, yaitu Microcyclus
ulei yang menghasilkan 3 tipe spora, yaitu konidia, pikniospora, dan
askospora, dimana hanya konidia dan askospora yang bertanggung jawab terhadap
kejadian penyakit SALB; (ii) karakteristik spora M. ulei, yaitu konidia berbentuk 2 sel dengan salah satu selnya
agak terpilin, pikniospora berbentuk seperti batang korek api dengan salah satu
ujungnya lebih besar, serta askospora yang berbentuk elips, 2 sel, bersepta dan
hialin; (iii) siklus hidup M. ulei;
(iv) bagian tanaman yang dapat diserang, yaitu bagian yang masih muda (daun,
batang, bunga, buah); (v) gejala SALB pada berbagai bagian tanaman karet,
dimana gejala khasnya adalah lesio di permukaan bawah pada daun muda dan
keberadaan peritesia di permukaan atas pada daun tua; (vi) ras fisiologis M. ulei dan akibat adanya ras baru yang
akan mematahkan resistensi klon karet tertentu; serta (vii) epidemiologi SALB,
dimana kondisi cuaca sangat mempengaruhi perkecambahan spora, produksi spora,
penglepasan spora (konidia dilepaskan pada pagi hari, sedangkan askopsora
dilepaskan pada malam hari), dan penyebaran spora (spora disebarkan oleh angin
dan percikan air hujan). Askospora diketahui sebagai penyebab terjadinya siklus
penyakit SALB yang baru. Selain itu, curah hujan yang tinggi tanpa disertai
musim kering panjang serta kelembaban tinggi diketahui dapat meningkatkan
serangan penyakit SALB.
Materi 4: Management of SALB of rubber
Topik ini memberikan informasi
mengenai strategi pengelolaan SALB, antara lain dengan menggunakan: (i) klon
tahan SALB, namun klon yang memiliki resistensi horisontal (tahan terhadap
semua ras M. ulei) belum tersedia;
(ii) pengendalian secara kimiawi dengan fungisida, umumnya digunakan pada masa
pembibitan dan tanaman muda, namun tidak cost-effective;
(iii) menanam pohon karet di SALB escaped
areas, yaitu di lokasi yang tidak sesuai untuk perkembangan SALB karena
curah hujan tahunan yang rendah dan masa kering yang panjang (minimal 4 bulan
kering per tahun) (seperti di Sao Paulo dan Matto Grosso); (iv) crown budding, yaitu menggunakan 3
bagian tanaman untuk membentuk klon yang tahan SALB; serta (v) pengendalian
hayati dengan cendawan Dicyma pulvinata,
namun hal ini belum dapat dilakukan dalam skala komersial.
Materi 5: Methods
for isolation and culturing of M. ulei
Topik ini menjelaskan berbagai metode
isolasi M. ulei, yaitu dengan
menggunakan daun terinfeksi atau memindahkan konidia secara langsung ke media
cair (water agar) atau media padat (Potato Sucrose Agar, PSA yang mengandung
2.5% sukrosa). Sementara itu, untuk merangsang sporulasi, media tersebut harus
diberikan kondisi gelap dan terang secara bergantian dalam waktu tertentu.
Penelitian terhadap media pertumbuhan spora yang mengandung air kelapa dan
makanan anjing (dog food) menunjukkan
adanya peningkatan produksi spora.
Materi 6: Other important Hevea disease
Topik ini memberikan informasi tentang
berbagai penyakit yang menyerang pertanaman karet berdasarkan kategorinya,
yaitu (i) penyakit utama yang sudah lama, yaitu Colletotrichum Secondary Leaf Fall (SLF), Oidium Leaf Fall, dan Phytophthora
Leaf Fall; (ii) penyakit baru, yaitu Corynespora
Leaf Fall, dan Fusicoccum Leaf Blight;
(iii) penyakit minor, yaitu Fusicoccum
Leaf Disease, Bird’s eye spot, dan Cylindrocladium
Leaf Disease; serta (iv) penyakit eksotik bagi Asia, yaitu SALB, Black crust, dan Target Leaf Spot. Dalam melakukan diagnosa SALB, perlu diketahui
bahwa gejala penyakit Colletotrichum
Secondary Leaf Fall sangat mirip dengan gejala SALB, terutama pada tahap
awal perkembangan penyakit.
Materi 7: Quarantine pests and diseases of Hevea
Topik ini difokuskan pada OPT karet
yang ada di Brazil yang berpotensi sebagai OPTK, yaitu Thanatephorus cucumeris (target leaf spot), Phyllachora huberi (black crust), Leptopharsa hevea (lace bug),
Aleurodicus cocois (white fly), Erinyis ello (sphingid moth).
Materi 8: The
historical development on quarantine of SALB
Topik
ini memberikan gambaran umum tentang sejarah perkembangan karantina kaitannya
dengan SALB, termasuk latar belakang dan kemajuan perkembangannya.
Materi 9: Pest
Risk Analysis (PRA) of M. ulei with emphasis on entry pathways and import
requirements
Topik
ini menjelaskan tahapan PRA M. ulei,
yaitu kategorisasi OPT, penilaian kemungkinan introduksi dan penyebaran SALB
beserta konsekuensinya, dan kemungkinan perkembangan SALB di area PRA. Selain
itu, disampaikan juga manajemen risiko SALB, berupa persyaratan impor yang
dikenakan bagi komoditas inangnya (host
materials), bukan inang (non-host
materials), dan penumpang.
Materi 10: Procedures for inspection,
diagnostics and disinfection of planting materials
Topik ini memberikan gambaran tentang
prosedur pemeriksaan dan clearance
(pemeriksaan dokumen dan persyaratan impor), pemeriksaan dan perlakuan yang
diterapkan di pre-border dan at border, serta pemeriksaan dan
diagnosis OPT yang mungkin terbawa melalui importasi biji, bunga, dan buah
hevea. Selain itu, dijelaskan juga tentang sistem laboratorium diagnosis,
termasuk persyaratan minimum untuk personil dan fasilitas laboratorium, pentingnya
keberadaan laboratorium karantina pusat maupun cabang untuk mendukung
pemeriksaan, pentingnya memahami metode diagnosis (visual, mikologis, molekuler
dan serologi) untuk deteksi keberadaan SALB, serta beberapa informasi perlakuan
karantina yang dapat membebaskan komoditas dari SALB (iradiasi UV, X-ray,
disinfektan, dan perlakuan panas lembab).
Materi 11: Contingency plan: Detection
surveys and eradication procedures
Topik ini memberi penekanan pada
definisi: (i) contingency plan (suatu
rencana yang disusun untuk mendapat suatu hasil yang berbeda dari hasil dalam
rencana pada umumnya); (ii) manajemen risiko, termasuk pentingnya keberadaan
suatu peraturan terkait SALB, pentingnya memiliki kelompok orang yang kompeten
untuk melaksanakan survei (deteksi, terbatas, monitoring), identifikasi dan
pengendalian, pentingnya public awareness,
pentingnya dukungan dari berbagai instansi terkait, pentingnya SOP untuk
melaksanakan rencana tersebut, serta pentingnya meningkatkan kapasitas untuk
melaksanakan manajemen risiko (kapasitas dalam surveilans, identifikasi, dan
pengendalian); (iii) survei, termasuk pentingnya survei deteksi,
pengorganisasian survei, sumber daya yang dibutuhkan dalam survei, rencana
kerja survei, frekuensi survei, banyaknya jumlah tanaman/sampel survei); dan
(iv) program eradikasi apabila terjadi inkursi SALB di suatu negara (misal:
penyemprotan fungisida mulai dari area penyangga ke area yang terinfeksi dan
monitoring efikasi penyemprotan). Hal-hal tersebut harus ditempuh oleh negara-negara
penghasil karet alam apabila terjadi serangan SALB di negaranya.
Materi
12: Public
relation: Creation of public awareness
Topik
ini menjelaskan tanggung jawab NPPO untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang arti penting pencegahan SALB dan usaha-usaha yang dilakukan untuk
mencegah inkursi SALB. Selain itu, disampaikan juga berbagai metode untuk
menyebarluaskan informasi tentang SALB, antara lain melalui kampanye public awareness atau melalui periklanan
(media massa dan publikasi).
Comments
Post a Comment