Bimbingan Teknis Pemantauan OPTK TA. 2015


Bimbingan Teknis Pemantauan OPTK

Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian

      Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan desiminasi/bimbingan teknis dan uji terap teknik dan metode karantina pertanian berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.140/4/ 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.
Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian yang merupakan kepanjangan tangan dari Badan Karantina Pertanian mengupayakan untuk menindaklanjuti permintaan Badan Karantina Pertanian berdasarkan surat dari Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor  349/KR.010/L/1/2015 tanggal 16 Januari 2015 dalam rangka peningkatan kualitas SDM dengan melaksanakan kegiatan desiminasi/bimbingan teknis, maka BUTTMKP telah mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis Pemantauan OPTK dengan materi yang disesuaikan dengan sasaran pemantauan 2015 dalam rangka memverifikasi data hasil pemantauan OPTK tahun 2014 dan informasi yang dihimpun dari pakar.
Perdagangan komoditas pertanian dapat menjadi media pembawa bagi pemindahan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) suatu negara ke negara lain ataupun dari suatu area ke area lainnya. Oleh karena itu, informasi tentang biologi, distribusi, kisaran tanaman inang, dan status ekonomi OPTK harus tersedia dan dapat diakses.
Kesehatan tanaman telah menjadi isu kebijakan perdagangan antar negara sehingga pengetahuan tentang status kesehatan produk pertanian di suatu negara memiliki nilai penting. Suatu negara harus menyediakan deskripsi yang cukup tentang status kesehatan produk pertaniannya, apabila ingin memperluas perdagangan komoditas pertanian ke pasar luar negeri. Negara pengimpor akan menetapkan besarnya risiko berdasarkan pengetahuan tentang OPT di negara pengekspor, kemungkinan masuknya OPT eksotik bersamaan dengan komoditas yang diimpor, dan tindakan fitosanitasi untuk mengurangi risiko sampai pada tingkat yang dapat diterima.
Koleksi spesimen merupakan kunci bagi suatu negara untuk melakukan negosiasi perdagangan komoditas pertanian dengan negara lain. Koleksi tersebut menjadi semakin penting posisinya sejak didirikannya Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization, WTO) tahun 1995, yang dianggap sebagai pembukaan era baru dalam liberalisme perdagangan.
 Peraturan WTO tidak memberikan pengecualian kepada negara-negara yang menginginkan untuk memperluas ekspor komoditas pertanian dengan alasan sedang membangun koleksi OPT dalam periode waktu tertentu. Pengembangan daftar OPT yang berdasarkan pada spesimen dapat diakselerasi melalui program pemantauan (surveillance) yang terencana, dengan memfokuskan pada OPT yang mungkin terbawa bersamaan dengan lalu-lintas perdagangan komoditas pertanian. Bimbingan Teknis Pemantauan OPTK ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian dan wawasan petugas fungsional lingkup Badan Karantina Pertanian dalam pelaksanaan pemantauan OPTK.
Kegiatan Bimbingan Teknis Pemantauan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina” dilaksanakan pada tanggal 2-7 Maret 2015, di Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP) Bekasi dan lahan pertanian di Pasawahan, Kabupaten Purwakarta.
Penyampaian materi bimbingan teknis pemantauan OPTK dilakukan dengan cara ceramah dan tanya jawab di dalam kelas antara narasumber dan peserta. Praktek aplikasi pemantauan. Deteksi dan Identifikasi OPTK di laboratorium fitopatologi dan biomolekuler di BUTTMKP. Evaluasi setelah deteksi dan identifikasi di laboratorium di BUTTMKP. Praktek pengambilan sampel dan pengamatan gejala di areal persawahan di Pasawahan, Kabupaten Purwakarta. Diskusi akhir/evaluasi kegiatan.
Materi dengan tema Kebijakan Operasional Pemantauan OPTK dalam Penguatan Regulasi Karantina Tumbuhan dengan judul Kepentingan Pemantauan OPT/OPTK dalam Kebijakan Teknis Perkarantinaan disampaikan oleh Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati yaitu Bapak Dr. Ir. Antarjo Dikin, M.Sc. Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami dasar hukum pemantauan OPTK, manfaat pemantauan OPTK, arahan pemantauan OPTK tahun 2015 pada komoditas eksport, arahan pemantauan OPTK tahun 2015 pada padi, jagung, kedelai dalam swasembada, pemantauan benih ex-import, pemantauan benih untuk swasembada, pemantauan dukung eksport, penggunaan ISPM, hasil temuan OPT/OPTK pada pemantauan tahun 2014.
Materi dengan tema ISPM #6 dengan judul International Standar for Phytosanitary Measures No. 6 tahun 1997 Guidelines for surveillance dan Standar Pemantaun Badan Karantina Pertanian dengan judul Tata Cara Pemantauan OPTK disampaikan oleh Kepala Subbidang Benih Impor, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati yaitu Bapak Hermawan, SP, M.Sc. Pada materi International Standar for Phytosanitary Measures No. 6 tahun 1997 Guidelines for surveillance peserta mengetahui dan memahami komponen survei, sistem monitoring/deteksi OPT dan pemenuhan informasi, pengertian survei umum dan survei khusus, tata cara melakukan survei umum, survei yang termasuk dalam kategori survei khusus, tata cara melakukan survei khusus, survei khusus berbasis OPT, survei khusus berbasis inang, pengambilan sampel, tata cara melakukan survelens yang baik, persyaratan teknis penyelenggaran pengujian, pencatatan data, dan transparansi. Pada materi Tata Cara Pemantauan OPTK peserta mengetahui dan memahami dasar hukum pemantauan, jenis-jenis pemantauan, tahapan kegiatan pemantauan, perencanaan, persiapan, pelaksanaan, mekanisme, komunikasi atau koordinasi dengan dinas/instansi terkait, analisis data, pelaporan, tindak lanjut temuan OPTK, penyimpanan data pemantauan, dan pembuatan koleksi.
Materi dengan tema Aplikasi  Pemetaan Daerah Sebar OPTK berdasarkan  Website dengan judul Konsep APPPC Surveillance Information Management disampaikan oleh  Kepala Sub Bidang Pengembangan Sistem Informasi, Pusat Kepatuhan dan Kerjasama Informasi Perkarantinaan yaitu Bapak Ichwandi, ST. Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami tujuan pelaksanaan pemantauan, tahapan pelaksanaan pemantauan mulai dari pengumpulan data menggunakan aplikasi android sampai dengan pelaporan, konten data pemantauan, model aplikasi, alur data elektronik pemantauan, kelebihan dan kekurangan aplikasi pemantauan, monitoring hasil pemantauan OPTK, real time laporan disertai gambar, peta hasil pemantauan lapangan, manajemen pengguna meliputi petugas lapangan, petugas laboratorium, dan verifikator pusat. Setelah dilakukan pemaparan materi di kelas maka peserta melakukan praktek langsung menggunakan aplikasi berbasis Android di lingkungan sekitar Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Selain itu, peserta juga diajarkan formulir elektronik dan tahapan visualisasi peta hasil pemantauan  dari MS Exel ke Google Earth hal ini dilakukan dalam rangka keseragaman data hasil pemantauan yang akan dikirimkan kepada Badan Karantina Pertanian.
Materi dengan judul Pemantauan OPTK Kelompok Cendawan disampaikan oleh Lektor Institut Pertanian Bogor yaitu Bapak Dr. Ir. Suryo  Wiyono, M.Sc. Agr. Beliau Staf Dosen bidang Cendawan Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian. Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami gambaran secara umum hal-hal yang penting dalam pemantauan OPTK kelompok cendawan, masalah dalam pemantauan, sampling, pentingnya pengamatan penyakit di sebabkan oleh gejala dan tanda penyakit akibat cendawan,  kesalahan umum dalam pemantauan, pengelompokan cendawan, pengamatan struktur cendawan dari tanaman yang terserang, jenis spora, identifikasi cendawan, teknik sporulasi cendawan.
Materi dengan tema Pemantauan OPTK Kelompok Virus dengan judul Metode Pemantauan yang Baik disampaikan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor yaitu Ibu Prof. Dr. Sri Hendrastuti Hidayat. Beliau Staf Dosen bidang Virus Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian. Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami pemantauan penyakit tanaman, pedoman pemantauan ISPM#6, pemantauan umum dan pemantauan khusus, tata cara pemantauan yang baik, metodologi pemantauan dengan survei dan data, tatacara pencatatan selama survei, metodologi sampling, mengumpulkan sampel terdiagnosis virus, tatacara handling sampel dari lapangan ke laboratorium, mengemas sampel tanaman, contoh lembaran catatan data selama melakukan pemantauan.  Selain itu, dipaparkan juga materi teknik diagnosis virus tanaman baik secara biologis, serologi, fisik dan molekuler.
Materi dengan judul Pemantauan OPTK Kelompok Bakteri disampaikan oleh Lektor Universitas Padjajaran yaitu Ibu Luciana Djaya, M.Si. Beliau staf dosen bidang bakteri Fakultas Pertanian. Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami bakteri patogen tumbuhan, taksonomi bakteri, struktur bakteri, pengelompokan subsfesifik, survival, infeksi laten, diseminasi, infeksi, pengaruh lingkungan abiotik, diagnose dan identifikasi, deteksi/monitoring, gejala penyakit, tanda penyakit, contoh tanaman yang terinfeksi bakteri, pengambilan specimen tanaman, pengujian laboratorium (deteksi).
Kegiatan Bimbingan Teknis Pemantauan adalah kunjungan lapang. Sebelum melakukan kunjungan lapang, seluruh panitia, peserta, dan narasumber mengunjungi Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Purwakarta untuk meminta permohonan izin kunjungan dan pendampingan. Kami disambut oleh kepala seksi dinas tersebut dan melakukan prolog sebelum kunjungan dilakukan. Bersama dengan tim pendamping dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Jatisari dan  Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Purwakarta kami di hantarkan ke lokasi persawahan yang telah di survei sebelumnya. Lokasi persawahan ini ditumbuhi oleh tanaman Padi dengan  varietas Mekongga.
Peserta yang telah dibagi menjadi sembilan kelompok mendapatkan arahan dari narasumber sebelum melakukaan pemantauan di areal persawahan tersebut. Peserta mempersiapkan segala perlengkapan pemantauan yang telah dibagikan oleh panitia. Masing-masing kelompok memisahkan diri untuk melakukan pemantauan. Setelah dilakukan pemantauan terhadap tanaman yang bergejala maka setiap kelompok mengumpulkan sampel specimen tanaman yang bergejala tersebut untuk digunakan dalam deteksi/identifikasi di laboratorium. Peserta sangat antusias dalam mengikuti praktek lapang tersebut terlihat dari beragamnya sampel yang didapatkan, keaktifan dan kedisiplinan peserta selama kunjungan lapang.
Deteksi dan identifikasi patogen kelompok cendawan dilakukan di Laboratorium Fitopatologi  dan Biomolekuler Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Deteksi dan Identifikasi patogen kelompok cendawan berdasarkan morfologi. Pada praktikum kelompok cendawan ini peserta dibagi dalam sembilan kelompok.  Bahan praktikum yang digunakan adalah material tanaman padi yang didapatkan pada saat kunjungan lapang di areal persawahan Purwakarta. Sebelum memulai praktikum peserta mendapatkan arahan dari narasumber yaitu Bapak Dr. Ir. Suryo Wiyono.
Materi praktikum di bagi dalam beberapa bagian yaitu Pengamatan Karakter Pertumbuhan Cendawan Menggunakan Teknik Agar Blok, Sporulasi Cendawan Menggunakan Teknik Rain Spora pada Padi Bergejala Nigrospora, Pengamatan Curvularia dan Rhizoctonia, Pembuatan Koleksi, Induksi Sporulasi Buatan Penyebab Bulai, Identifikasi Cendawan Bulai melalui Induksi Sporulasi, Pengamatan morfologi Peronosclerospora, Rapid test Pythium.
           Pengamatan  Karakter Pertumbuhan Cendawan Menggunakan Teknik Agar blok dilakukan dengan cara menyiapkan media Water Agar (WA) 3% pada petri steril sebanyak 10 ml (ketebalan sekitar 2 mm), memberikan penanda berupa garis kotak pada bagian bawah petri dengan ukuran kotak seluas lebih kurang 1 cm, menyiapkan object glass dan cover baru, meletakkan potongan agar WA (agar block) diatas bagian tengah object glass, meletakkan isolat cendawan murni menggunakan ujung jarum isolasi atau seujung jarum isolasi, menginkubasi pada suhu kamar selama tiga hari dengan pengamatan setiap hari terhadap pertumbuhan cendawan, dibawah mikroskop kompon perbesaran 100X dan melakukan identifikasi menggunakan referensi yang tersedia. Pada praktikum ini peserta terlihat sudah memahami teknik agar blok dan telah melakukannya dengan baik dan benar.
Sporulasi cendawan menggunakan teknik spora rain pada Padi bergejala Nigrospora di lakukan dengan cara menyiapkan daun bergejala penyakit yang disebabkan oleh cendawan, mengunting pada bagian bercak atau spot sekitar 2-4 cm (mengambil daun yang terdapat bagian sehat dan sakit), meletakkan potongan daun pada bagian tutup petri dengan bantuan selotip dengan bagian spot menghadap ke petri yang mengandung media PDA (gambar berikut), menginkubasi selama tiga hari. Pada praktikum ini peserta terlihat sudah memahami teknik sporulasi cendawan menggunakan teknik spora rain dan telah melakukannya dengan baik dan benar.
Pengamatan morfologi Curvularia dan Rhizoctonia dilakukan dengan cara meletakkan tanda penyakit pada tanaman padi yang bergejala diatas object glass yang telah berisikan aqudestilata lalu ditutup dengan cover glass kemudian morfologi diamati dibawah mikroskop. Setelah di temukan morfologi Curvularia dan Rhizoctonia maka di lakukan dokumentasi dengan cara mangambil gambar dengan kamera.
Pembuatan koleksi dilakukan dengan cara mengambil sampel padi. Pada bagian daun yang bergejala kemudian  diamati  pada mikroskop yang telah terhubung dengan monitor komputer lalu di lakukan pengambilan gambar dengan kamera. Pada bagian akar yang bergejala maka akar dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan air mengalir kemudian diamati  pada mikroskop yang telah terhubung dengan monitor komputer lalu di lakukan pengambilan gambar dengan kamera. Pada masing-masing kelompok telah melakukan pengambilan gambar pada tanaman padi bergejala yang  didapatkan dari hasil pemantauan di lapang.
Induksi sporulasi buatan penyebab bulai dilakukan dengan cara memotong pangkal daun ke tiga, kemudian segera dicuci dibawah air mengalir dengan cara menjepit daun dengan dua jari dan mengusapnya  untuk memastikan stomata daun bersih dari kotoran dan propagul cendawan, mengeringkan daun dengan menggunakan kertas tissue pengesat/towel, hingga kering betul dan memberi label lokasi, memasukan daun yang telah kering ke dalam gelas berisi larutan gula 2% setinggi 1-2 cm dengan posisi pangkal daun berada di dasar gelas. Meyungkup daun menggunakan plastik guna menjaga kelembaban tetap tinggi. Melakukan inkubasi pada suhu ruang selama kurang lebih 6 jam (hingga pukul 21.00 WIB). Mengeluarkan daun dari gelas dan membasuh bagian yang terendam larutan gula perlahan  lalu dikeringkan dengan tissue pengesat, memasukkan daun ke kantong plastik (zipper plastic), meletakkannya di area terbuka berumput dengan posisi permukaan daun bagian atas menghadap ke atas dan bagian bawah menghadap ke bawah, menginkubasi pada udara terbuka tersebut sampai pukul 04.00 dini hari, konidia siap dipanen dengan cara mengeluarkan daun dari plastik untuk kemudian diamati bagian permukaan bawah daun. Pengamatan dilakukan dengan mengarahkan sorot lampu senter berlawanan arah dengan arah pandangan mata pengamat. Propagul cendawan yang melimpah akan tampak seperti tepung berwarna putih.  Mengambil propagul dibantu dengan selotip bening yang direkatkan ke permukaan daun berpropagul kemudian dipindahkan ke atas permukaan kaca obyek yang sudah ditetesi pewarna methylen blue 2%. Mengamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran hingga 1000x untuk mengamati ketebalan dinding konidia cendawan bulai, sealed selotip menggunakan kuteks bening. Pengamatan morfologi Peronosclerospora dilakukan dengan menggunakan mikroskop compound. Peserta pelatihan di ajarkan melakukan identifikasi Peronosclerospora spp. Dari hasil ini terlihat peserta sudah mahir melakukan identifikasi Peronosclerospora spp. Sedangkan untuk pengamatan hasil induksi sporulasi Peronosclerospora dilakukan oleh masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok melakukan identifikasi di laboratorium Fitopatologi dan menemukan beberapa spesies yaitu Peronosclerospora sorghi dan Peronosclerospora maydis.
Rapid test Phytium dilakukan dengan cara mengambil bagian akar yang bergejala kemudian akar tersebut dihancurkan dalam larutan buffer. Hasil larutan tersebut di teteskan pada alat pendeteksi. Bila alat menunjukkan dua garis maka hasil deteksi mengindikasikan bahwa tanaman padi tersebut positif terinfeksi patogen Phytium akan tetapi apabila alat menunjukkan satu garis maka hasil deteksi mengindikasikan bahwa tanaman padi tersebut tidak  terinfeksi patogen Phytium. Pada pengujian ini dari sembilan kelompok yang melakukan pengujian tidak ada satupun kelompok yang menunjukan hasil positif   sehingga dapat disimpulkan dari sampel yang diambil tidak terdapat tanaman padi yang terinfeksi oleh patogen Phytium. Hal ini dapat disebabkan bahwa sampel yang diambil pada umumnya berasal dari tanaman pada fase generatif sehingga diketahui pada fase ini tanaman akan lebih tahan.  Selain itu, penyakit yang terdapat dilapangan adalah penyakit kompleks. Misalnya nekrotik dapat disebabkan oleh patogen lain selain Phytium.
Hasil evaluasi dipaparkan teknik membawa daun tanaman yang bergejala bulai dari lapangan sampai dengan ke laboratorium. Daun bagian tengah dimasukkan kedalam tissue pengesat/towel kemudian tissue tersebut dimasukkan ke dalam plastik klip. Didalam plastik klip dimasukkan silica gel sebanyak setengah dari plastik klip tersebut. Plastik klip diberikan label. Silica gel yang sudah berubah warna menjadi merah dapat dibirukan kembali dengan pemanasan pada suhu 51 oC selama satu malam. Cara ini hanya dapat digunakan untuk kelompok patogen cendawan dan virus.
Deteksi dan identifikasi patogen kelompok virus dilakukan di Laboratorium Biomolekuler Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Deteksi dan Identifikasi patogen kelompok virus dengan menggunakan metode biomolekuler yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR). Pada praktikum kelompok virus ini peserta dibagi dalam sepuluh kelompok.  Peserta melakukan praktikum PCR dan RT PCR. Bahan praktikum yang digunakan adalah material tanaman padi yang didapatkan pada saat kunjungan lapang di areal persawahan. Virus target adalah Rice Grassy Stunt Virus/RGSV (Kerdil Hampa Padi) dan Rice Tungro Bacilliform Virus/RTBV (Tungro Padi).
Sebelum memulai praktikum peserta mendapatkan arahan dari narasumber yaitu Ibu Prof. Dr. Sri Hendrastuti Hidayat. Prosedur kerja meliputi ekstraksi DNA dan RNA. Visualisasi hasil amplifikasi DNA dengan gel agarose. Pembacaan hasil PCR.
Hasil pembacaan dengan menggunakan metode PCR dan RT-PCR, visualisasi pita DNA target tidak bergerak karena tidak terdapat pita DNA hasil pelipatgandaan. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti proses ekstraksi tidak menghasilkan ekstrak DNA/RNA atau kondisi reagen.
Deteksi dan identifikasi patogen kelompok bakteri dilakukan di Laboratorium Biomolekuler Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Deteksi dan Identifikasi patogen kelompok bakteri dengan menggunakan metode serologi yaitu Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA). Pada praktikum kelompok bakteri ini peserta dibagi dalam sembilan kelompok.  Bahan praktikum yang digunakan adalah material tanaman padi yang didapatkan pada saat kunjungan lapang di areal persawahan. Bakteri target adalah Burkholderia glumae penyebab busuk malai pada tanaman padi.
Sebelum memulai praktikum peserta mendapatkan arahan dari narasumber yaitu Ibu Luciana Djaya, M.Si. Prosedur kerja meliputi coating antigen, blocking, antibody pertama, antibody kedua, persiapan PNP.
Berdasarkan hasil praktikum dengan menggunakan metode serologi didapatkan hasil bahwa sampel tanaman padi yang diperoleh dari kunjungan lapang di Kecamatan Pasawahan Purwakarta positif terinfeksi Burkholderia glumae. Hal ini terlihat bahwa nilai absorban sampel dua kali nilai absorban kontrol negative.
Untuk mengetahui evaluasi secara keseluruhan dari kegiatan Bimbingan Teknis Pemantauan OPTK maka dilakukan diskusi dengan peserta. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran/usulan, penyataan, pertanyaan, pengalaman yang terkait dengan kegiatan pemantauan di masing-masing Unit Pelaksana Teknis.

Comments