Inhouse Training Penulisan Jurnal Ilmiah, Ngilmu Lagi

Dears, apa kabar hari ini?

Kali ini, saya mau curcol, ah. Curcol terkait aktivitas saya kemarin. Hari Kamis, tanggal 7 Februari 2019, saya dan teman-teman fungsional karantina tumbuhan dan karantina hewan, mengikuti kegiatan inhouse training penulisan hasil uji terap dalam jurnal ilmiah, baik jurnal nasional dan internasional.

Kami dibagi dalam dua kelas, yatitu kelas mikrobiologi dan kelas entomologi. Kelas mikrobiologi membahas terkait virus, bakteri, dan cendawan. Sedangkan kelas entomologi membahas terkait serangga dan nematoda.

Saya masuk dalam kelas mikrobiologi karena topik artikel yang akan saya dan tim publikasikan masuk dalam golongan bakteri.

Sejujurnya, saya suka dengan metode pembahasan artikel dalam kelas mikrobiologi ini, karena setiap artikel yang sebelumnya sudah diulas oleh narasumber, langsung ditampilkan didepan kelas secara bergantian, narasumber menjelaskan secara detail hal-hal yang seharusnya ditampilkan dalam sebuah artikel ilmiah, sehingga saya pribadi sebagai peserta jadi mengetahui banyak hal terkait kesalahan dalam penulisan artikel. 

Beberapa hal yang saya cermati dalam penulisan artikel ilmiah:

1. Pendahuluan harus memuat latar belakang masalah dan solusinya. Latar belakang harus dipaparkan dengan gamblang sehingga editor melihat bahwa itu merupakan masalah yang krusial, harus segera ditangani. Referensi penelitian yang dirujuk merupakan referensi terbaru, minimal lima tahun terakhir. Solusi dari permasalahan dipaparkan dengan tepat, berdasarkan referensi yang telah ada sebelumnya. Pada bagian ini, gap harus dimunculkan dengan jelas sehingga arti pentingnya penelitian tersebut dapat muncul ke permukaan.

2. Penulisan metode harus sistematis sesuai tahapan yang benar. Misalnya, metode untuk perlakuan air panas terhadap Colletotrichum spp. pada buah mangga, maka metode yang dapat dilakukan meliputi deteksi dan identifikasi, pengujian invitro, pengujian invivo, dan pengujian kualitas buah. Berbeda, jika metode untuk kombinasi perlakuan terhadap bakteri pada benih melon, maka metode yang dilakukan meliputi isolasi, identifikasi, infestasi, sterilisasi, perlakuan tunggal, perlakuan kombinasi, pengujian kualitas benih (vigor dan daya kecambah), pengujian fenotif tanaman. 

Jika metode telah disusun secara benar maka pembaca akan mudah mengerti apa yang telah dituliskan dan dapat mengulanginya kembali metode yang telah dijabarkan.

3. Hasil dapat ditampilkan berupa gambar atau tabel.

Tampilan hasil baik berupa gambar atau tabel, disesuaikan dengan data yang diperoleh. Jika data yang diperoleh menunjukkan peningkatan dari awal sampai akhir pengamatan, maka dapat ditampilkan dalam bentuk gambar diagram trend. Apabila data yang diperoleh berupa hubungan beberapa parameter yang saling berkaitan, maka dapat ditampilkan dalam bentuk tabel atau treatment windows. Selain itu, tampilan gambar dari hasil foto gejala atau ukuran suatu spora cendawan, maka harus disertai dengan skala.

4. Pembahasan harus membahas secara komprehensif, mensitasi dari beberapa referensi baik terkait dengan objek penelitiannya, kemudian dihubungan dengan analisis dari berbagai sudut. Biasanya, pembahasan yang mendalam akan membutuhkan banyak referensi.

5. Kesimpulan harus sesuai dengan tujuan. Jika kesimpulan menyebutkan kualitas tanaman seperti daya kecambah, maka persentase daya kecambah tersebut dituliskan dengan angka.

6. Daftar pustaka sebaiknya menggunakn style yang sudah ditetapkan oleh jurnal yang dituju. 

Mengikuti kegiatan ini membuat saya jadi lebih mengerti bagaimana teknik menyusun artikel ilmiah dengan baik dan benar. Penyusunan artikel ilmiah tidak dapat dilakukan sekali atau dua kali, bahkan bisa berkali-kali. Libatkan kolega kita untuk me-review artikel yang telah disusun sehingga artikel yang akan di-submit dapat meyakinkan editor untuk meng-accept-nya. Semoga artikel ilmiah yang telah disusun dapat dipublikasikan pada jurnal impian.

Salam,

Comments