Bimbingan Teknis Pemantauan
OPTK
Balai Uji Terap Teknik dan
Metode Karantina Pertanian
Dalam perdagangan global, ketentuan perkarantinaan menjadi
instrument penting bagi setiap negara untuk digunakan dalam pengaturan masuknya
produk impor dan mendorong akses pasar bagi setiap produk perdagangan.
Penerapan ketentuan Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS)
merupakan hak berdaulat suatu negara dalam melindungi kehidupan atau kesehatan
manusia, hewan dan tumbuhan dari risiko yang ditimbulkan oleh masuk, menetap,
dan menyebarnya organisme pengganggu tumbuhan (OPT), bahan makanan,
racun, dan cemaran yang terbawa melalui lalulintas komoditas pertanian dalam
perdagangan internasional.
Kebijakan penyelenggaraan pelayanan karantina tumbuhan terhadap
komoditas ekspor memiliki peran strategis dalam mendukung ekspor nasional
melalui penyelenggaraan sertifikasi fitosanitari, yang berorientasi pada
pemenuhan persyaratan fitosanitari negara tujuan ekspor. Upaya mendorong
peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas ekspor Indonesia di pasar
internasional harus diarahkan untuk (1) penyiapan informasi teknis yang
diperlukan oleh negara mitra dagang untuk keperluan Analisis Risiko OPT/Pest
Risk Analysis (PRA), (2) pengembangan pelaksanaan sertifikasi
berbasis in line inspection system, (3) pengembangan perlakuan
fitosanitari sesuai dengan persyaratan fitosanitari negara tujuan ekspor, (4)
penguatan program surveilen OPT untuk memperkuat status OPT pada area produksi
komoditas unggulan ekspor, dan (5) memperkuat kerjasama dengan negara mitra
dagang.
Selaras dengan program peningkatan nilai tambah dan daya saing
komoditas ekspor pada poin keempat yaitu program penguatan surveilen OPT, maka
perlu diadakan bimbingan teknis. Balai
Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian menyelenggarakan salah satu
fungsinya melalui kegiatan bimbingan teknis Pemantauan Daerah Sebar
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dengan silabus berdasarkan pada
hasil seminar pemantauan OPTK tahun 2016 dan disesuaikan dengan sasaran pemantauan
tahun 2017. Bimbingan teknis pemantauan
OPTK ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian Petugas
Karantina Tumbuhan (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) lingkup Badan
Karantina Pertanian dalam pelaksanaan pemantauan OPTK.
Kegiatan Bimbingan Teknis Pemantauan Daerah Sebar Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina dilaksanakan pada tanggal 24 – 29 Oktober 2016 (enam hari). Kegiatan ini bertempat
didua lokasi yaitu di Balai Uji
Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian Bekasi dan Dinas Pertanian
Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon.
Penyampaian materi Bimbingan
Teknis Pemantauan Daerah Sebar Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab di dalam kelas di Balai
Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian antara narasumber dan
peserta. Technical meeting/pengarahan sebelum melakukan deteksi dan
identifikasi OPT. Kunjungan lapang ke Kebun Mangga Cirebon. Deteksi dan
Identifikasi OPT di laboratorium entomologi Balai Uji Terap Teknik dan Metode
Karantina Pertanian. Diskusi akhir/evaluasi kegiatan.
Materi yang diberikan dalam penyelenggaraan bimbingan teknis ini
meliputi Kebijakan Badan
Karantina Pertanian dalam Mendukung Akselerasi Ekspor, Standar
Operasional Produksi dan Persyaratan Ekspor, Teknik Pemantauan OPT Komoditas
Unggulan Ekspor Nasional, Kunjungan Lapang ke Perkebunan Mangga, Metode
Koleksi, Mengenal Serangga, Mengenal Kumbang, A quide for Diagnosis and
Detection of Quarantine Pest Mango Seed Weevil, Praktikum
Deteksi dan Identifikasi OPT pada Buah Mangga, Teknik Pemantauan pada Buah
Salak, Praktikum Deteksi dan Identifikasi OPT pada Buah Salak, OPT pada buah
Manggis dan Naga, Praktikum Deteksi dan Identifikasi OPT pada buah Manggis dan
Naga.
Materi dengan tema Kebijakan
Badan Karantina Pertanian dalam Mendukung Akselerasi
Ekspor dengan judul “Pelaksanaan Pemantauan OPT/OPTK dalam Trade
Facilitation” disampaikan oleh Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati, Badan Karantina Pertanian yaitu Bapak Dr. Ir. Antarjo Dikin,
M.Sc. Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami : arti penting pemantauan
OPT/OPTK. Hubungan yang saling berkaitan antara trade facilitation and
plant health, single risk management pusat kawasan berikat,
pelaksanaan analisis resiko organisme pengganggu tumbuhan, persyaratan impor.
Akselerasi ekspor dapat didukung dengan adanya status hama komoditas ekspor dan
standar operasional prosedur impor protocol phytosanitary
certification. Apabila terdapat temuan OPTK A1 dan A2 maka langkah yang
harus dilakukan adalah validasi dan upaya eradikasi. Pengelolaan data
pemantauan diantaranya pengambilan sampel dan data di lapangan, identifikasi,
database sebaran OPT/OPTK, daftar OPTK, Analisis Resiko Organisme Pengganggu
Tumbuhan, single risk management, national bio security.
Selain itu, database sebaran OPT/OPTK digunakan untuk market akses, trade
facilitation, export acceleration. Umpan balik Unit Pelaksana
Teknis terhadap regulasi karantina (layanan impor/domestik) dan pengembangan
ekspor yaitu dengan melakukan training internal, workshop, dan seminar.
Penetapan pest free area dapat dilakukan dengan memahami International
Standar Phytosanitary Measures sehingga diperlukan training kepada
fungsional untuk audit impor dan optimalisasi ekspor. Dukungan National
Plant Protection Organization (organisasi perlindungan tanaman
nasional) terhadap akselerasi ekspor diantaranya berbagi informasi teknis tindakan biosekuriti persyaratan
impor untuk industri, bantuan teknis kepada
industri untuk memenuhi persyaratan impor, penilaian dan koreksi tindakan yang terjadi pada titik-titik kritis industri dalam rantai pasokan, persetujuan proses industri sebagai bagian dari sistem
sertifikasi fitosanitari, pemantauan
kepatuhan dan pelatihan,
sistem sertifikat fitosanitari. Sistem managemen pemantauan terhadap area pemantauan terdiri dari area yang bebas, deteksi dini pada suatu area, dan pembatasan area sehingga dapat diketahui keuntungan mitigasi risikonya.
sistem sertifikat fitosanitari. Sistem managemen pemantauan terhadap area pemantauan terdiri dari area yang bebas, deteksi dini pada suatu area, dan pembatasan area sehingga dapat diketahui keuntungan mitigasi risikonya.
Materi dengan tema Standar Operasional Produksi dan Persyaratan
Ekspor dengan judul “Sertifikasi Fitosanitari dalam Pemenuhan Persyaratan
Ekspor” disampaikan oleh Kepala Subbidang Bidang Non Benih
Ekspor dan Antar Area, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati, Badan Karantina Pertanian yaitu Bapak Ir. Turhadi Noerachman, MSi. Pada materi tersebut peserta mengetahui dan memahami
: agreement on the Application Sanitary and Phytosanitary World Trade
Organization tentang perdagangan internasional dan negara pengekspor
harus memenuhi persyaratan negara pengimpor. Kondisi global perdagangan ekspor
dan impor. Kondisi komoditas pertanian khususnya hortikultura. Hambatan ekspor
komoditas pertanian Indonesia sehingga menyebabkan rendahnya akseptabilitas
komoditas pertanian Indonesia di pasar internasional. Kebijakan Badan Karantina
Pertanian dalam mendukung akselerasi ekspor. Persyaratan fitosanitari negara
tujuan terhadap komoditas buah yang akan di ekspor. Menerapkan in
line inspection approach system yaitu pendekatan kesisteman dalam
pengelolaan risiko dengan penerapan mitigasi risiko terbawanya organisme
pengganggu tumbuhan dan kontaminasi cemaran berbahaya sejak di sentra produksi
sampai dengan pengiriman dengan melibatkan para pihak yang terkait. Dengan
penerapan in line inspection approach system maka akan dibuat
pedoman untuk petugas karantina tumbuhan sehingga dapat digunakan untuk
pemenuhan persyaratan fitosanitari negara tujuan ekspor. Mitigasi OPT di kebun
produksi. Mitigasi risiko di rumah kemas. Mitigasi risiko selama penyimpanan.
Mitigasi risiko selama pengangkutan. Sertifikasi karantina tumbuhan. Dengan
adanya mitigasi risiko mulai dari kebun produksi sampai penetapan sertifikat
karantina tumbuhan sehingga dapat bebas dari masalah hama dan keamanan pangan.
Tanggungjawab stakeholders dalam ekspor buah segar.
Materi dengan tema Teknik Pemantauan pada Buah Mangga, Manggis,
dan Naga dengan judul “Teknik Pemantauan OPT Komoditas Unggulan
Ekspor Nasional (Manggis, Mangga dan Naga)” disampaikan kembali
oleh Kepala Subbidang Bidang Non Benih Ekspor dan Antar
Area, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati, Badan Karantina Pertanian yaitu Bapak Ir. Turhadi Noerachman, MSi. Pada materi tersebut peserta mengetahui dan memahami :
arti penting dan tujuan pemantauan OPT/OPTK. Dasar hukum pelaksanaan pemantauan
OPT/OPTK. Pelaksanaan pemantauan OPT/OPTK lingkup Badan Karantina
Pertanian. Target pemantauan mempertimbangkan kondisi di wilayah masing-masing
Unit Pelaksana Teknis lingkup Badan Karantina Pertanian. Garis besar
pengelolaan pemantauan dimulai dari perencanaan persiapan, pengumpulan data dan
spesimen dilapangan, konsolidasi data lapangan, verifikasi data, pengelolaan
data, analisis data dan pelaporan. Tahapan kegiatan pemantauan OPTK meliputi
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, mekanisme, komunikasi dan
koordinasi dengan dinas/instansi terkait, analisis data, pelaporan,
tindaklanjut temuan OPTK, penyimpanan data pemantauan, pembuatan koleksi. Hasil
temuan OPTK A1 pemantauan 2015-2016 visualisasi dengan GUN. Hasil temuan OPTK
A2 pemantauan 2015-2016 visualisasi dengan GUN. Temuan OPTK A1 dan A2 tahun
2015-2016 yaitu kelompok bakteri dan fitoplasma, cendawan, gulma, nematoda,
serangga, tungau, virus. Arahan pemantauan tahun 2017 adalah pemantauan untuk
mendukung akselerasi ekspor nasional yaitu penyusunan pest list untuk
keperluan AROPT negara tujuan ekspor dan mendukung status bebas OPT pada area,
tempat produksi, atau situs produksi. Dukung akselerasi ekspor nasional dengan
cara identifikasi komoditas, mengetahui OPT target, melakukan pemantauan. OPT
target berdasarkan komoditas buah unggulan nasional seperti pada buah manggis
dan salak. Managemen risiko khusus buah mangga dari Indonesia. Pemantauan untuk
penetapan status bebas hama terhadap tempat produksi yang terbebas dari mango
seed weevil. Persyaratan pemantauan terhadap tempat produksi yang bebas
dari mango seed weevil. Formulir survei pembelahan
buah untuk hama penggerek biji. Jumlah minimum tanaman dan buah yang
di sampling. OPT pada buah naga.
Kegiatan Bimbingan Teknis Pemantauan Daerah Sebar Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina adalah kunjungan lapang ke perkebunan mangga.
Latar belakang kunjungan lapang ini karena arahan pemantauan tahun
2017 dari Badan Karantina Pertanian untuk mendukung akselerasi ekspor komoditas
buah unggulan nasional dan pemerintah Australia mempersyarakaan pemasukan buah
mangga dari Indonesia harus dari tempat produksi yang bebas mango seed
weevil sehingga perlu dilakukan pemantauan untuk penetapan status
bebas hama terhadap tempat produksi yang terbebas dari mango seed
weevil (Sternochetus mangiferae-penggerek biji mangga). Akan
tetapi kegiatan ini hanya sebagai pembelajaran dalam Bimbingan Teknis
Pemantauan Daerah Sebar OPTK bukan untuk melakukan penetapan sesungguhnya suatu
tempat produksi terbebas dari mango seed weevil.
Perkebunan mangga yang akan dilakukan pemantauan skala bimbingan
teknis adalah perkebunan milik Kelompok Tani Buah Sukamulya yang terletak di
jalan Setu Pengasinan Sedong Cirebon. Kelompok Tani Buah Sukamulya merupakan
kelompok tani buah binaan Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan
Kabupaten Cirebon. Sesampainya kami disana disambut oleh tim Dinas Pertanian
Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon. Kemudian dilakukan acara
sambutan dari pihak Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan
Kabupaten Cirebon kepada pihak Bimbingan Teknis Pemantauan Daerah Sebar OPTK.
Sesuai arahan dari narasumber, maka peserta Bimbingan Teknis
Pemantauan Daerah Sebar OPTK langsung memisahkan diri sesuai kelompoknya dan
menuju kebun mangga. Varietas mangga yang terdapat pada kebun mangga tersebut
adalah varietas mangga gedong gincu dan arumanis. Peserta memetik buah
mangga yang busuk di pohon, buah mangga yang kecil, buah mangga yang sedang,
dan buah mangga yang besar kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik yang
didalamnya sudah diletakkan tissue yang dibasahi air. Kegiatan ini, dimaksudkan
untuk host rearing OPT pada buah mangga. Selain itu, peserta
juga memetik buah mangga yang telah terdeteksi adanya serangga berupa noda/luka,
bintik hitam dikulit mangga, bekas kotoran serangga, bekas gerekan serangga,
dan berlubang. Kemudian buah mangga tersebut dibelah untuk
dihitung populasi OPT pada buah mangga tersebut. Setiap varietas buah yang ada
dipilih tiga macam buah (satu kecil, satu sedang, dan satu besar). Buah yang
akan diperiksa dipetik langsung dari pohon. Jika ditemukan serangga dewasa
(kumbang) masukkan dalam botol yang diberi alkohol 70% atau dimatikan dalam
botol pembunuh yang dilengkapi dengan kapas dan tetesan ethyl acetat,
kemudian dimasukkan dalam kertas papilot. Jika ditemukan telur, larva atau
pupa. buah mangga yang terdapat telur, larva atau pupa tersebut dimasukkan
dalam toples plastik yang dasarnya diberi tissue (satu buah dalam satu toples).
Jumlah individu setiap jenis serangga yang ditemukan dalam satu buah mangga
dihitung. Pada setiap toples dibubuhi catatan (tanggal, lokasi, varietas
mangga, kolektor).
Materi pertama yang disampaikan oleh Ibu Dr. Woro
Noerdjito adalah metode koleksi. Pada materi ini peserta mengetahui dan
memahami: jenis kumbang yang berasosiasi dengan pohon mangga. Perangkap alkohol
untuk Brazil: Curculionidae, Cerambycidae, Bostrichidae. Perangkap malaise
berbentuk seperti tenda dari kain nilon (kelambu) yang dilengkapi dengan botol
koleksi (sepertiganya diisi alkohol 70%) di ujungnya. Untuk koleksi serangga
kecil yang aktif di siang hari (lalat, lebah, kumbang) dan suka merayap.
Perangkap lampu untuk koleksi serangga yang aktif di malam hari (kumbang dan
ngengat). Menggunakan generator dan lampu merkuri atau lampu hitam neon
(kumbang). Perangkap di pasang mulai pukul 18.00 WIB (matahari tenggelam –
minimum pukul 24.00 WIB). Perangkap buah mangga dilakukan dengan beberapa cara
yaitu buah mangga dilekatkan pada batang/ranting pohon dengan menggunakan kain
kelambu, serangga yang hadir mengerumuni “perangkap buah” dikoleksi dengan
pinset atau jaring. Menggunakan keranjang sampah yang bagian bawah rapat untuk
diisi dengan air yang di beri satu sendok sabun cair dan satu sendok makan
garam daur (untuk preservasi) sehingga serangga yang hadir akan terjatuh.
Perangkap buah dapat dibuat mirip sekali dengan kurungan dari kain
nilon/kelambu, di bagian sisi dilengkapi dengan risleting, sedang di bagian
bawah berupa dasar plastik/triplek tempat meletakkan buah. Antara dasar dan
kurungan ada tempat serangga masuk perangkap. Koleksi serangga dewasa
dilapangan dilakukan dengan ditangkap, dimatikan (serangga yang bertubuh keras,
dimasukkan dalam botol dengan kapas yang ditetesi dengan ethyl acetat,
serangga yang bertubuh lunak dapat dimatikan dengan memencet bagian toraks,
penyimpanan sementara (serangga yang sudah dimatikan dimasukkan ke dalam
papilot (kertas segitiga), terutama untuk serangga yang bertubuh lunak,
serangga yang bertubuh keras juga dapat dimasukkan kedalam botol yang berisi
alkohol 70%. Koleksi serangga dewasa dilaboratorium dilakukan dengan opset,
menjarum, merentangkan sayap, papan perentang, dikeringkan, member
label, memberi nama. Koleksi serangga pra dewasa dilakukan
pemeliharaan dengan makanan yang sama saat ditemukan sampai mencapai dewasa
baru diproses untuk diidentifikasi. Pemeliharaan larva-dewasa dengan mengamati
data daur hidup.
Materi kedua yang disampaikan oleh Ibu Dr. Woro
Noerdjito adalah mengenal serangga. Pada materi ini peserta mengetahui dan
memahami: morfologi serangga seperti tubuh serangga beruas-ruas terdiri dari
kepala, torkas, dan abdomen. Perkembangan serangga seperti telur, larva/nimfa,
pupa, imago. Klasifikasi serangga terdiri dari dua puluh sembilan ordo. Serangga
pemakan bagian tumbuhan, pada tanaman dapat menjadi hama yang merugikan.
Serangga pollinator, membantu bunga dalam proses penyerbukan. Serangga
pemangsa, kehadirannya dapat bersifat merugikan/menguntungkan bagi manusia
tergantung mangsanya. Serangga parasit, dapat memarasit larva atau imago
serangga lain. Serangga perombak, pemakan bangkai, kotoran, dan tumbuhan mati.
Materi ketiga yang disampaikan oleh Ibu Dr. Woro Noerdjito adalah
mengenal kumbang. Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami bagian tubuh
kumbang yang dapat dipakai sebagai ciri karakteristik untuk identifikasi yaitu
tipe antena kumbang, bagian mulut kumbang, toraks kumbang, struktur kaki depan
kumbang, tarsi kumbang, sayap kumbang, abdomen kumbang, ovipositor kumbang.
Materi keempat yang disampaikan oleh Ibu Dr. Woro
Noerdjito adalah deteksi dan identifikasi OPT buah mangga. Pada materi ini
peserta mengetahui dan memahami: dengan menggunakan “Ethanolic trap CARVALHO
47”: terkoleksi coleoborers (Coleoptera: Bostrichidae, Cerambycidae, Curculionidae)
pada area kebun mangga, Mangifera indica L. (Anacardiaceae),
in José de Freitas city-PiauÃ, from June 2004 to May 2005 (Jean Kelson
da Silva Paz, Paulo Roberto Ramalho Silva 2006). Bostrichidae memiliki ciri
karakteristik diantaranya sternit abdominal pertama tidak terbagi oleh koksa belakang (subordo: polyphaga). Permukaan tubuh bagian atas gundul (glabrous atau subglabrous) atau non-glabrous; tanpa rambut; tampak bersisik atau sisik seperti rambut. Kepala
tersembunyi di bawah toraks. Antena pendek, menggada (clubs) 2-4 segmen. Talsal formula 5-5-5. Larva: tidak predasius, pengebor kayu hidup dan
mati, pada kayu tebangan baru, pada
peti kemas. Cerambycidae memiliki ciri karakteristik diantaranya sternit
abdominal pertama tidak terbagi
oleh koksa belakang (subordo: polyphaga). Antena filiform yang sangat panjang terutama pada kumbang jantan, 1 ½ sampai lebih dari 2
kali panjang tubuh. Tubuh biasanya memanjang dan silindris, 2-60 mm. Mata biasanya bertakik dan pangkal antena muncul
dalam takik. Talsal formula
tampak 4-4-4, sebenarnya 5-5-5 dengan segmen ke-4 kecil dan
tersembunyi. Kumbang chrysomelid mempunyai tarsal formula yang sama
tetapi mempunyai antena yang lebih pendek dari panjang tubuhnya, tubuh lebih
oval dan mata tidak bertakik. Beberapa spesies mempunyai warna yang menyolok,
indah, dan menarik. Kumbang
dewasa sebagai pemakan nektar, pucuk daun, dan kulit kayu. Larvanya sebagai pengebor kayu
lapuk, mati dan kering, dan beberapa ada yang mengebor kayu hidup. Larva ini
sangat mirip dengan teka-teka atau lilen, yang mempunyai tubuh pipih. Curculionodae
memiliki ciri karakteristik diantaranya sternit abdominal pertama tidak terbagi oleh koksa belakang (subordo: polyphaga). Kepala dilengkapi dengan moncong, ada yang lebar dan
pipih, beberapa spesies panjang atau pendek. Antena biasanya membesar
diujung membesar elbowed dengan tiga segmen menggada club. Tubuh sering ditutupi oleh sisik, 0.6
sampai 35 mm, kebanyakan 10 mm.
Tarsal formula tampak 4-4-4, ternyata 5-5-5. Semua spesies fitofag, dengan beberapa spesies hama
serius, tetapi ada spesies dipergunaksn sebagai kontrol gulma (misal eceng
gondok). Diketahui ada dua spesies Sternochetus (Cryptorinchus)
yang berpotensi sebagai hama buah mangga yaitu Sternochetus frigidus (Fabricius 1787) dan Sternochetus
mangiferae (Fabricius 1775). Identitas Sternochetus
mangiferae (mango seed weevil) diantaranya nama hama,
deskripsi, kategori hama, gejala, pengendalian. Deskripsi imago,
larva, telur, biologi, daur hidup, inang Sternochetus mangiferae. Survei,
deteksi dan identifikasi Sternochetus mangiferae.
Materi kelima yang disampaikan oleh Ibu Dr. Woro
Noerdjito adalah A Guide for Diagnosis & Detection Of Quarantine
Pests Mango Seed Weevil. Sternochetus mangiferae (Fabricius,
1775). Coleoptera: Curculionidae. Edited by: Ahmad
cheraghian. Bureau of Plant Pest. Surveillance and Pest Risk Analysis 2014.
Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami: morfologi telur, larva, pupa,
dan imago Sternochetus mangiferae. Tanda kerusakan pada buah, daun,
pucuk oleh Sternochetus mangiferae. Penyebaran Sternochetus
mangiferae. Fitosanitari Sternochetus mangiferae. Deteksi dan
inspeksi Sternochetus mangiferae.
Praktikum deteksi dan identifikasi OPT pada buah mangga dengan
target Mango seed weevil (Sternochetus mangiferae-penggerek biji
mangga) dilakukan di laboratorium Entomologi Balai Uji
Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Praktikum dimulai dengan arahan
dari Ibu Dr. Woro Noerdjito. Pada praktikum hari tersebut, semua peserta
membelah mangga yang belum dibelah yang didapatkan dari kunjungan lapang di
perkebunan mangga. Hasil dari pembelahan mangga tersebut tidak didapatkan telur
atau larva atau pupa atau imago dari Sternochetus mangiferae sehingga
dapat dikatakan bahwa area perkebunan mangga Sukamulya Kabupaten Cirebon bebas
dari Sternochetus mangiferae. Oleh sebab itu, proses
identifikasi dilanjutkan pada spesies lain dari genus Sternochetus yaitu Sternochetus frigidus. Harapannya peserta
dapat mengidentifikasi sampai ke tingkat spesies dari genus Sternochetus. Sternochetus frigidus yang di
identifikasi didapatkan dari hasil rearing tim uji terap Perlakuan
Irradiasi Sinar Gamma terhadap Penggerek pada Buah Mangga Balai Uji Terap
Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Ciri karakteristik Sternochetus frigidus, sebagai
berikut : pronotum dengan sisik hitam dan tegak, yang tersusun ditengah
sepasang kelompok sisik yang longgar. Elitra menyempit dari dasar ke ujung,
terdapat pola warna putih kecoklatan yang terpisah-pisah, terdapat lubang
seperti tusukan berbentuk bulat. Aedeagus dengan sepasang internal sklerit yang
ujungnya saling bertemu.
Materi dengan tema Teknik Pemantauan OPT pada buah salak dengan
judul Survei OPT/OPTK disampaikan oleh Staf Dosen Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada yaitu Bapak Dr. Suputa. Pada materi ini peserta
mengetahui dan memahami : tujuan kegiatan adalah survei deteksi dan survei
pemantauan. Definisi pemantauan. Ruang lingkup pemantauan. Survei deteksi
adalah mengetahui ada tidaknya OPT pada suatu area. Survei pemantauan adalah
mengetahui karakteristik populasi OPT di suatu area. Kegunaan survei. Penentuan
metode sampel. Penentuan sampel diagonal. Penentuan sampel sistematis.
Penentuan sampel terpilih. Penggambaran tiga cara pengambilan contoh.
Monitoring populasi. Penentuan ukuran sampel. Sikap yang perlu diambil oleh
pemantau. Trapping. Pengambilan sampel lalat buah menggunakan
atraktan dan rearing dari buah yang diserang. Jumlah perangkap standar.
Pemasangan trapping lalat buah pada area alami. Teknik pemantauan pada inang.
OPT dan non OPT Salak diantaranya Rattus tiomanicus, Omotemnus
serrirostris, Omotemnus minialocrinitus, Nodocnemis sp., Oecophylla
smaragdina. Tujuh tahap pertumbuhan kutu dompolan. Klasifikasi kutu
dompolan. Identifikasi kutu dompolan. Populasi kutu dompolan. Musuh alami kutu
dompolan. Rearing dan pelepasan musuh alami kutu dompolan. Lalat buah pada
salak. Inang utama dan inang alternative lalat buah. Rearing lalat buah.
Kelebihan dan kekurangan survei pada tanaman inang. Identifikasi lalat buah dengan
CABI Key. Klasifikasi lalat buah. Morfologi lalat buah. Ciri-ciri morfologi
penting lalat buah Bactrocera spp. Spesies termasuk dorsalis
complek atau bukan. Ciri-ciri morfologi penting lalat buah dorsalis complex.
Perbedaan antara spesies. Spesies lalat buah yang telah dilaporkan telah ada di
Indonesia. Identifikasi lalat buah berdasarkan DNAnya. Urutan proses
mendapatkan urutan basa DNA diantaranya ekstraksi DNA akan mendapatkan genomic
DNA, elektroforesis genomic DNA untuk memastikan ekstraksi DNA nya berhasil,
PCR dalam rangka melipatgandakan DNA yang dikehendaki berdasar pada primer,
purifikasi PCR produk untuk membersihkan DNA hasil PCR dari komponen lain, cek
kualitas dan kuantitas DNA, sequencing DNA. Preservasi lalat buah tephritidae.
Spesimen voucher lalat buah diletakkan dalam museum serangga.
Praktek deteksi dan identifikasi OPT pada salak dengan target
lalat buah dilakukan di laboratorium entomologi Balai Uji Terap Teknik dan
Metode Karantina Pertanian. Praktikum diawali dengan pengarahan dari Bapak Dr.
Suputa terkait host rearing dan identifikasi lalat buah.
Host rearing dilakukan dengan cara serbuk kayu
gergaji yang telah di oven pada suhu 100 0C selama 60 menit
dimasukkan dalam toples plastik. Kemudian di atas serbuk kayu
gergaji tersebut di tempatkan tempat sabun plastik yang telah ditutupi kasa
alumunium dan tissue gulung lalu buah salak diletakkan diatasnya. Penempatan
salak di atas tempat sabun bukan langsung diatas serbuk gergaji dimaksudkan
agar air yang nantinya keluar dari salak akan jatuh ke tempat sabun bukan ke
serbuk gergaji sehingga serbuk gergaji tidak basah dan pupa alat buah dengan
mudah ditemukan pada serbuk gergaji.
Identifkasi lalat buah dengan program CD-ROM Cabikey yang
memiliki aplikasi khusus untuk mengidentifikasi lalat buah. Kunci identifkasi
ini cukup mudah cara penggunaannya karena deskriptor hanya memasukkan ciri-ciri
yang diminta oleh program dan program yang akan menyimpulkan nama spesies lalat
buah yang sesuai dengan ciri-ciri yang dimasukkan kedalam program. Penciri
utama yang harus dimasukkan ke dalam program adalah asal lalat buah (dari buah
atau atraktan), sex, lokasi, jenis atraktan, ciri toraks, ciri abdomen, ciri
sayap, ciri kepala, dan ciri femur. Hasil dari identifikasi
didapatkan spesies lalat buah Bactrocera carambolae dan Bactrocera
papayae. Ciri karakteristik Bactrocera carambolae, sebagai
berikut :spesies berukuran sedang. Muka berwarna kuning pucat dengan
sepasang facial spot hitam berukuran sedang berbentuk oval.
Skutum didominasi warna hitam. Terdapat warna coklat pada bagian belakang
lateral postsutural vittae, mesonotal suture dan
pada postpronotal lobes. Lateral postsutural
vittae bertipe parallel atau subpararel, tidak memiliki medial
postsutural vittae. Skutum terdapat spot kecil berwarna kuning pada
anterior mesonotal suture. Pita mesopleuron mencapai
pertengahan antara notopleuron dan anterior notopleural.
Sayap dengan costal band sedikit melewati R2+3 dan
memanjang hingga R4+5. Sayap dengan basal costal dan costal bening. Microtrichia di
hanya luar sudut costal. Abdomen terga III-V berwarna kuning
kemerahan dengan pola hitam “T” yang lebar. Sudut anterolateral pada
terga ke IV berbentuk persegi. Sepasang Ceromae dengan warna
cerah. Tungkai terdapat spot pada preapical femur kaki depan
betina. Ciri karakteristik Bactrocera papayae, sebagai berikut:
sayap dengan pita hitam pada garis costa dan garis anal sangat
jelas. Pita hitam pada costa confluent dengan R2+3 sedangkan
pola sayap pada bagian ujung (apeks) tidak melebar. Skutum berwarna hitam
dominan, mempunyai rambut supra alar disisi anterior dan pita
berwarna kuning sisi lateral postural vittae. Pita kuning di
sisi lateral parallel dan lebar dibelakang rambut intra
alar. Abdomen terga III-V berwarna coklat orange dengan
pola hitam “T”. Sepasang Ceromata oval berwarna berwarna
kuning cerah pada terga V.
Materi dengan judul OPT pada buah manggis dan naga disampaikan
oleh Staf Dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor yaitu
Ibu Dewi Sartiami, M.Si. Pada materi ini peserta mengetahui dan memahami :
spesies OPT pada buah manggis. Spesies OPT pada buah naga. Spesies kutu putih
pada tanaman manggis dan tanaman naga di dunia. Biologi kutu putih. Ekologi
kutu putih. Siklus hidup kutu putih. Penyebaran dan pemencaran kutu putih.
Pengendalian kutu putih. Penanganan sampel dari lapangan. Berbagai fase kutu
putih. Teknik rearing kutu putih pada umbi kentang dan labu kuning. Teknik
deteksi kutu putih diantaranya terdapat dibagian tanaman yang tersembunyi dan
berasosiasi dengan semut. Morfologi kutu putih dengan menggunakan diagram tubuh
kutu putih. Imago Exallomochlus hispidus pada manggis.
Imago Planococcus minor pada buah naga. Imago Pseudococcus
jackbeardsleyi pada buah naga. Teknik deteksi dan identifikasi kutu
putih. Serangga lain yang mirip dengan kutu putih. Pembuatan preparat sementara
dengan waktu singkat untuk keperluan identifikasi membutuhkan bahan kimia,
peralatan dan bahan habis pakai. Setelah pemberian materi, selanjutnya
dilakukan praktikum deteksi dan identifikasi OPT pada buah manggis dan naga
dengan target kutu putih. Sebelum dilakukan identifikasi kutu putih maka di
lakukan pembuatan preparat. Semua peserta secara serentak mendengarkan
instruksi dari narasumber dalam pembuatan preparat. Langkah-langkah pembuatan
preparat sebagai berikut : sampel kutu putih dimasukkan kedalam cawan sirakus
yang telah berisi larutan chloroform atau alkohol 100%. Peserta membuat lubang
di toraks dorsal dengan menggunakan jarum mikro dibawah mikroskop stereo.
Setelah itu ditambahkan tiga tetes essig’s fluid dan acid fuchsin. Cawan
sirakus telah beirisi kutu putih di panaskan selama 20 menit pada suhu 80 oC.
Dibawah mikroskop stereo dilakukan penekanan berulang dengan kuas halus
sehingga isi tubuh keluar. Tahapan di ulang dengan essig’s yang baru dalam cawan
sirakus lainnya. Media heinz diteteskan pada kaca obyek. Kutu putih yang telah
siap dipindahkan ke heinz ini. Pada saat memindahkan sentuhkan forceps ke
tissue untuk mengurangi larutan pewarna yang berlebihan. Media heinz ditutup
dengan kaca penutup secara perlahan. Label dilekatkan pada kaca obyek. Kutu
putih siap diidentifikasi. Identifikasi menggunakan kunci identifikasi. Apabila
akan di buat sebagai preparat awetan maka preparat sementara tadi dapat
diremounting dengan media Canada balsam.
Identifikasi kutu putih yang dilakukan pada praktikum ini dengan
menggunakan buku identifikasi kutu putih dengan judul “Mealybugs of Southern
Asia oleh DJ. Williams”. Buku tersebut, berisi hal yang terkait dengan
kutu putih dan semut, morfologi, metode, klasifikasi dan definisi dari famili
Pseudococcidae, daftar genus dan spesies kutu putih dari Asia Selatan, kunci
genus Pseudococcidae dari Asia Selatan, taksonomi dari spesies. Spesies yang
diidentifikasi diantaranya adalah Pseudococcus jackbeardsleyi,
Exallomochlus hispidus, Planococcus minor. Spesies Pseudococcus
jackbeardsleyi sebelum dilakukan preparasi terlihat cerrari yang
ramping dan panjang. Lemak dibagian dorsal terlihat berpasang-pasangan. Ciri
karakteristik Pseudococcus jackbeardsleyi, sebagai berikut: mempunyai
17 pasang cerrari. Oral rum tubular duct (ortd)
mempunyai seta dikiri dan kanan serta terdapat satu discoidal pore.
Mata tersklerotisasi dan pada daerah yang tersklerotisasi terdapat 4-9 discoidal
pore. Terdapat multilocular dist pores pada segmen VI,
VII, dan VIII.
Spesies Exallomochlus hispidus sebelum dilakukan
preparasi, lilin terlihat besar dan pendek hal ini disebabkan cerrari yang
dimilikinya besar dan kokoh. Ciri karakteristik Exallomochlus
hispidus, sebagai berikut : pada bagian lobus anal tersklerotisasi
tetapi tidak mempunyai seta. Bentuk lobus kokoh dan pada
bagian dalam terdapat penebalan. Cincin anal terletak jauh
atau terdapat jarak dari tepi posterior. Seta dorsal berukuran besar. Bentuk
seta oval cenderung bulat. Sirkulus terpotong oleh garis intersegmental pada
ruas tiga dan empat. Terdapat delapan belas pasang cerrari. Ciri
karakteristik Planococcus minor, sebagai berikut: pada lobus
anal terdapat garis/penebalan. Pada pangkal koksa tungkai satu
terdapat multilocular disc pores. Multilocular disc pores sampai
kebagian tepi tubuh. Bentuk sirkulus rectangular. Translucent
porester terdapat dibagian loka dan tibia tungkai tiga.
Untuk mengetahui evaluasi secara keseluruhan dari kegiatan
Bimbingan Teknis Pemantauan Daerah Sebar Organisme Pengganggu Tumbuhan maka
dilakukan diskusi dengan peserta. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk
menyampaikan saran, pernyataan, pertanyaan, pengalaman yang terkait dengan
kegiatan pemantauan di masing-masing Unit Pelaksana Teknis.
Comments
Post a Comment