Erwinia amylovora


Erwinia amylovora

Salbiah
Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian

Nama Ilmiah : Erwinia amylovora (Burrill 1882) Winslow et al. 1920

Nama Umum : fireblight

Nama Ilmiah Lainya :

Bacillus amylovorus (Burrill) Trevisan, 1889
Bacterium amylovorum Chester, 1901
Erwinia amylovora f.sp. rubi Starr et al., 1951
Micrococcus amylovorus Burrill, 1882

Kode EPPO : ERWIAM (Erwinia amylovora)

Taksonomi :

Domain: Bacteria
Filum: Proteobacteria
Kelas: Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili: Enterobacteriaceae
Genus: Erwinia
Spesies: Erwinia amylovora

Morfologi :
E. amylovora merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, berukuran 0,3 x 1-3 µm, muncul secara tunggal atau berpasangan dan terkadang dalam bentuk rantai yang pendek. Bakteri ini dapat bergerak menggunakan 2-7 flagel peritrik. 
Bakteri E. amylovora membentuk koloni dengan karakteristik warna dan bentuk yang khas untuk setiap jenis media biakan. Misalnya pada media agar nutrisi sukrosa, koloni E. amylovora berbentuk seperti kubah melingkar dan membentuk lendir; pada media MS, koloni berwarna merah hingga jingga; pada media KB, koloninya berwarna putih, berbentuk melingkar, dan menghasilkan lendir; pada media CCT, koloni bakteri berukuran lebar, permukaanya pipih, berwarna biru muda dengan lubang di bagian tengahnya (seperti kawah); dan pada media MMZCU, koloni bakteri berwarna kuning, sangat berlendeir atau tidak terlalu berlendir.

Biologi
:
Tidak seperti patogen tanaman lainnya, E. amylovora bersifat epiphytic, sehingga dapat memperbanyak diri pada permukaan tanaman yang sehat, misalnya pada bagian stigma bunga. Serangga penyerbuk dan serangga pendatang bunga lainnya dapat menyebarkan bakteri dari bunga yang sakit atau terinfeksi ke bunga yang sehat.
Keberadaan bakteri pada stigma bunga sehat dipengaruhi oleh suhu harian lingkungannya. Suhu antara 18 dan 30
°C yang disertai hujan dapat mendukung terjadinya infeksi pada bunga. Bakteri ini dapat disebarkan oleh angin yang disertai hujan lebat. Penyebaran hingga jarak jauh terjadi lewat pengiriman material tanaman yang terinfeksi atau tanaman terinfeksi yang menunjukkan gejala laten. 

Sebaran :  Armenia, Azerbaijan, Cina, India, Iran, Israel,  Jepang, Yordania, Libanon, Saudi Arabia, Korea, Taiwan, Turki, Vietnam, Nigeria, Tunisia, Kanada, Albania, Denmark, Cili, Belgia, Autsria, Kroasia, Peranvcis, Jerman, Italia, Polandia.


Tahap Pertumbuhan : Tahap pembungaan, pembuahan, dan vegetatif.

Gejala : Gejala dasar hawar api adalah nekrosis atau kematian jaringan. Adanya ooz pada jaringan yang terinfeksi juga merupakan gejala penting. Bunga yang terinfeksi awalnya seperti direndam air dan berwarna hijau gelap. Tunas yang terinfeksi berubah menjadi cokelat hitam terjadi perubahan warna diikuti oleh runtuhnya daun dan buah. Selama cuaca lembab, daun terinfeksi mengelurakan ooz.

Bagian tanaman yang dapat membawa hama dalam perdagangan/transportasi : bunga, buah, daun, benih, kayu, umbi, rhizome, akar, benih.


Pencegahan dan Pengendalian : 
Peraturan:
Pengiriman tanaman atau bagian tanaman yang dapat menjadi media pembawa hawar api berada di bawah regulasi yang ketat. Peraturan ini mengharuskan hanya tanaman sehat yang diproduksi di lingkungan yang sehat yang perdagangkan.

Kultur Budaya : 
Irigasi yang baik, pemangkasan pohon yang teratur, desinfeksi alat (pemangkasan gunting) dengan klorin atau alkohol. Tidak menanam kultivar rentan.

Pengendalian Kimiawi :
Bahan kimia yang digunakan memiliki empat kategori: senyawa yang mengandung tembaga, antibiotik, pengatur pertumbuhan dan elisitor.

Pengendalian Biologi :
Banyak percobaan telah dilakukan dengan bakteri antagonis untuk mengendalikan hawar api. Uji coba lapangan yang luas telah dilakukan terutama dengan strain Pseudomonas fluorescens dan Pseudomonas agglomerans.

Daftar Pustaka :

Vanneste, JL; Cornish, DA; Yu, J; Voyle, MD. 2002. P10c: a new biological control agent for control of fire blight which can be sprayed or distributed using honey bees. Acta Horticulturae, No.590:231-235; 7 ref.

Comments