Acraea acerata
Salbiah
Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian
Nama Ilmiah : Acraea acerata
Nama umum : Ngengat ubi jalar
Taksonomi :
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Uniramia
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Nympahalidae
Genus : Acraea
Spesies : Acraea acerata
Tanaman Inang :
Deskripsi :
Telur : berwarna
kuning dengan panjang 0,7 mm dan lebar 0,5 mm, diletakkan secara
: berkelompok pada permukaan daun.
Larva : berwarna kehijauan sampai hitam dengan duri berdaging
yang bersabang-cabang.
: Larva berukuran 20-24 mm.
Pupa : berwarna coklat muda sampai hitam dengan pita berwarna
coklat di bagian
: belakangnya,
berukuran 12-15 mm.
Imago : sayap berwarna jingga dengan tepian sayap berwarna
cokelat. Bentangan sayap
: berkisar antara 30-40 mm.
Sebaran :
Burundi, Kongo, Ethiopia, Kenya, Nigeria, Ruwanda, Sudan, Tanzania, Uganda,
Zambia.
Habitat :
Populasi ngengat ubi jalar yang tinggi dilaporkan
berada pada zona agroekologi kering di Kenya Barat (Smit dan Matengo, 1995) dan
selama musim kemarau di Uganda (Smit et al., 1997). Ingram (1970) melaporkan ngengat
ubi jalar sebagai hama terkait dengan kondisi basah di tengah dan barat Uganda.
Tahap
pertumbuhan : Tahap pembungaan, tahap pembuahan dan
vegetative.
Gejala :
Larva A. acerata memakan daun ubi jalar. Larva muda memakan permukaan daun bagian atas sedangkan larva yang lebih tua
makan seluruh lamina daun kecuali midribs utama. Serangan berat dapat
menyebabkan defoliasi tanaman (Ingram, 1970;
Hill, 1983; Skoglund dan Smit, 1994; Lugojja, 1996; Smit et al, 1997.).
Sebagai
hasil dari infestasi, tanaman muda bisa mati dan mengurangi umbi pada tanaman
yang lebih tua (Lefevre 1948, Ingram, 1970; Hill, 1983).
Biologi dan ekologi:
Ngengat
betina bertelur dalam kelompok, antara 70 dan 500 telur per kelompok (Lefevre
1948; Lugojja, 1996;. Smit et al, 1997). Telur dapat diletakkan pada kedua permukaan daun ubi jalar. Betina menyimpan
kelompok telur mereka pada interval 1-4 hari. Telur
menetas dalam 5 sampai 10 hari tergantung pada suhu (25-30 °C dan 20 °C)
(Lefevre 1948; Skoglund dan Smit, 1994; Lugojja, 1996;. Smit et al, 1997).
Larva
terdiri dari lima instar. Stadia larva selama 16 hari pada suhu 30 °C dan 28 hari
pada suhu 20 °C. Selama
14-15 hari larva instar pertama berkelompok,
larva makan pada permukaan daun bagian atas dan pada saat dua
minggu setelah keluar dari telur, larva hanya tinggal di dalam jalinan
pelindung. Setelah itu, larva akan hidup menyendiri (soliter) dan berlindung
dari cahaya matahari sepanjang harinya. (Autrique dan Perreaux, 1989;
Skoglund dan Smit, 1994; Lugojja, 1996; Smit et al., 1996). Larva instar akhir makan seluruh lamina daun kecuali untuk midribs utama.
Larva akan berpupa pada bagian tumbuhan yang tinggi dan tegak, seperti alang-alang dan sebagainya atau pada dinding yang berdekatan dengan pertanaman ubi jalar. Posisi pupa tegak dengan lama waktu 4-10 hari. (Ingram, 1970; Hill, 1983; Lugojja, 1996; Smit et al, 1997.).
Imago berumur sampai 25 hari. Periode pra-oviposisi 2-12 hari. Betina menyimpan telurnya 1-4 hari (Smit et al., 1997).
Seluruh siklus hidup dari telur sampai imago mencapai 31-43 hari (rata-rata 37 hari) dalam kondisi laboratorium di Namulonge, Uganda (Lugojja, 1996).
Rasio jenis kelamin bervariasi dalam satu musim dan antar musim. Selama musim hujan, rasio dari dua jenis kelamin adalah sama (rasio rata-rata jantan betina adalah 1 : 1, max 1.4 : 1 dan min 0,8 : 1.) Tetapi selama musim kemarau betina hampir dua kali lebih banyak dibandingkan jantan (rasio rata-rata 1,9 betina : 1 laki-laki, max 2.3 : 1 dan min 1,6 : 1) (Lugojja, 1996).
Media Pembawa:
batang, daun , bagian vegetatif tanaman untuk pertumbuhan.
Musuh Alami:
Di Uganda, A. acerata muncul secara sporadis. Hal
ini menunjukkan bahwa hama harus dikendalikan dengan pengendalian biologis.
Ketahanan dari telur hingga imago berkisar 7-85% dalam kondisi lapangan di
Uganda (Lugojja, 1996). Agen mikroba, khususnya Beauveria bassiana merupakan penyebab atas kematian hama ini selama musim hujan. Sehingga populasi hama
ini menjadi rendah (Smit et al., 1997) dan tidak ada wabah ngengat pada saat
musim kemarau.
Beberapa spesies parasitoid telah dilaporkan menyerang larva dan pupa terutama selama musim kemarau ketika populasi ngengat yang melimpah. Semut juga telah dilaporkan sebagai predator hama ini. Peran parasitoid dan predator tampaknya kecil dalam kaitannya dengan total kematian alami dari hama ini. Lefevre (1948) melaporkan persentase parasitisme di kongo pada musim kemarau sebesar 25%. Lugojja (1996) melaporkan persentase parasitisme pada musim kemarau sebesar 29% . Tidak ditemukan parasitoid yang memarasit telur (Lefevre 1948; Lugojja, 1996).
Parasitoid: :
Charops sp. (Ichneumonidae), parasitoid larva, dilaporkan oleh Lefevre (1948) di Zaire. Merupakan parasitoid yang paling melimpah di Uganda (Lugojja, 1996) dan di selatan Ethiopia (Girma, 1993). Charops sp. adalah hyperparasitized Mesochorus expolitus (Lefevre 1948; Lugojja, 1996).
Charops sp. (Ichneumonidae), parasitoid larva, dilaporkan oleh Lefevre (1948) di Zaire. Merupakan parasitoid yang paling melimpah di Uganda (Lugojja, 1996) dan di selatan Ethiopia (Girma, 1993). Charops sp. adalah hyperparasitized Mesochorus expolitus (Lefevre 1948; Lugojja, 1996).
Apanteles acraea merupakan parasitoid larva,
adalah parasitoid yang paling penting di Kongo dan Uganda (Lefevre 1948).
Meteorus sp., parasitoid larva, dilaporkan
sebagai parasitoid penting di Uganda (Lugojja, 1996) dan sangat penting di Zaire (Lefevre
1948).
Carcelia vara merupakan parasitoid larva,
dilaporkan sebagai parasitoid penting di
Kongo (Lefevre 1948).
Carcelia normula merupakan parasitoid larva,
telah ditemukan di Kenya dan Uganda (Lugojja, 1996) dalam jumlah kecil.
Brachymeria spp. (dua spesies) merupakan parasitoid pupa di Kongo (Lefevre 1948).
Camponotus
rufoglaucus
merupakan semut predator pada larva.
Pheidole
megacephala
merupakan semut predator pada larva.
Dampak :
A. acerata merupakan hama utama pada
tanaman ubi jalar di Afrika Tengah Timur
dan telah dilaporkan di Kenya,
Tanzania, Uganda, Burundi, Rwanda, Zaire, Zambia utara, dan selatan Ethiopia.
Larva dapat menyebabkan defoliasi pada tanaman selama infestasi berat terutama pada musim kemarau (Smit et al., 1997). Lefevre (1948) melaporkan bahwa di Kabupaten Kivu, Zaire, hasil serangan serius mengurangi produksi atau gagal panen, meskipun data kuantitatif tentang kehilangan hasil tidak disajikan. Di kabupaten Uganda, ngengat ubi jalar dianggap oleh petani sebagai kendala serius dalam produksi ubi jalar (Bashaasha et al., 1995), sedangkan di bagian barat Kenya, petani menganggap gengat ubi jalar sebagai kendala dalam agro-ekologi di daerah yang relatif kering (Smit dan Matengo, 1995).
Asumsi bahwa proses fotosintesis rusak maka akan mengurangi pertumbuhan tanaman, defoliasi tanaman akan mengakibatkan penurunan hasil (Hill, 1983). Kehilangan hasil tertinggi (71%) terjadi ketika tanaman mengalami defoliasi tiga kali pada 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam. Defoliasi yang terjadi sekali atau dua kali tidak secara signifikan mempengaruhi hasil (Lugojja, 1996). Setelah terjadi defoliasi, petani merasa kekurangan bahan tanaman yang digunakan sebagi bibit. Wabah parah mempengaruhi masyarakat (Smit et al. 1997).
Deteksi dan Infeksi:
Selama
14-15 hari larva instar pertama berkelompok,
larva makan pada permukaan daun bagian atas dan pada
saat dua minggu setelah keluar dari telur, larva hanya tinggal di dalam jalinan
pelindung. Setelah itu, larva akan hidup menyendiri (soliter) dan berlindung
dari cahaya matahari sepanjang harinya. Larva yang lebih besar
soliter dan tetap tersembunyi di bawah ubi jalar dedaunan di tanah siang hari;
daun lamina dimakan kecuali midribs primer (Smit et al., 1997).
Pencegahan dan Pengendalian:
Pengendalian
ngengat ubi jalar di Afrika Timur sangat tergantung pada langkah-langkah yang
tepat dan pengendalian kimia; meskipun strategi pengendalian kultur teknis juga
di lakukan (Skoglund dan Smit, 1994). Lefevre (1948) pengendalian biologis
hasilnya tidak menggembirakan.
Pengendalian Fisik:
Metode
tradisional untuk mengendalikan ngengat ubi jalar adalah pencabutan dengan
tangan dan menghancurkan sarang larva muda. Hal ini
sangat efektif bila dimulai lebih awal, sebelum larva menyebar. Setelah larva
telah menyebar, langkah-langkah lebih tepat diperlukan (Naro, 1994; Skoglund
dan Smit, 1994). Untuk pengendalian yang efektif harus mencakup area yang luas, termasuk area
sebelah kebun untuk menghindari re-infestasi yang cepat (Lenne, 1991).
Pengendalian Kimiawi:
Bashaasha
et al. (1995) melaporkan bahwa hanya 23% dari petani Uganda yang pernah
menggunakan insektisida untuk mengendalikan hama
ubi jalar. Mereka yang menggunakan insektisida dapat mengendalikan ngengat ubi
jalar secara efektif meskipun tidak
selalu ekonomis. Autrique dan Perreaux (1989) menyarankan penggunaan
fenitrothion atau Fenvalerate terhadap A.
acerata di Burundi. Di Uganda, permethrin banyak digunakan (Bashaasha et
al., 1995). Skoglund dan Smit (1994) merekomendasikan penggunaan carbaryl dan
piretroid. Pengendalian kimia mahal. Dalam kasus lain, seperti di beberapa
daerah pedesaan, bahan kimia yang tidak tersedia (Lenne, 1991;. Venegas dan
Bashaasha et al, 1991).
Pengendalian Kultur Teknis:
Pengendalian
kultur teknis dari ngengat ubi jalar termasuk penggunaan bahan tanam yang
sehat, sanitasi, menjaga jarak antara plot,
menanam dan memanen ubi jalar di awal musim (Skoglund dan Smith, 1994).
Bahan
tanam harus diseleksi dari pertanaman yang bersih untuk menghindari terbawanya larva atau telur A.
acerata ke pertanaman yang baru. Petani harus merotasi lahan tanam setelah
panen dan memeriksa tanaman alternatif yang dapat menurunkan populasi hama.
Lahan ubi jalar yang baru tidak boleh ditanam di samping lahan yang lama. Hal
ini dapat menyebabkan imago terbang ke lahan baru. (Skoglund dan
Smit, 1994).
Daftar Pustaka:
http://keys.lucidcentral.org/keys/sweetpotato/key/Sweetpotato%20Diagnotes/media/html/TheProblems/Pest-LeafChewingInsects/SPButterfly/Sp%20butterfly.htm. Diakses
tanggal 8 Juli 2017.
Nderitu, John et
al. 2009. Insect species associated with sweet potatoes (Ipomoea batatas (L). Lamk. In
eastern Kenya. Int. J. Sustain, crop prod. 4(1):14-18.
Ames, T et al.
1996. Sweet potato: Major pests, diseases, and nutritional disorders.
International Potato Center. Lima Peru. 152 p.
Skoglond, LG and Smit NEJM. 1994. Major diseases and
pest of sweetpotato in eastern afrika.
International Potato Center. Lima Peru. 67 p.
Smit, Nicole. 1997. Integrated pest management for
sweetpotato in eastern Afrika. Wageningen.
Okonya, JS and Kroschel, J. 2013. Pest status of
Acraea acerata Hew and cylas spp. In sweetpotato (Ipomoea batatas (L) Lam) and
incidence of natural enemies in the lake albert crescent agro-ecological zone
of Uganda. International potato center. Lima Peru. International journal of
insect science.
Azerefegre, ferdu et
al. 2001. Environmental forcing and high amplitude fluctuating in the
population dynamics of the tropical butterfly Acraea acerata (Lepidoptera:
Nymphalidae). Journal of animal ecology, 1032-1045.
Comments
Post a Comment